85 Persen Kematian Corona di Atas 45 Tahun

fin.co.id - 10/05/2020, 09:55 WIB

85 Persen Kematian Corona di Atas 45 Tahun

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Hingga Sabtu (9/5), jumlah korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19) mencapai 959 orang. Dari jumlah itu, 85 persen terjadi pada pasien berusia di atas 45 tahun. Terutama dengan risiko paling tinggi berada pada usia di atas 60 tahun.

"Kasus positif memang didominasi oleh usia 31 hingga 59 tahun. Namun risiko kematian lebih tinggi pada pasien dengan usia di atas 45 tahun," kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Prof drh Wiku Adisasmito di Jakarta, Sabtu (9/5).

Informasi terkait usia paling rentan tersebut penting diketahui sebagai navigasi. Sehingga masyarakat tahu tindakan apa yang mesti dilakukan. Hal utama ialah melindungi orang-orang yang berada pada kelompok usia rentan atau usia lanjut tersebut.

Selain dari segi usia, kondisi penyakit penyerta seseorang juga perlu menjadi perhatian. Sebab sebagian besar pasien yang terdampak COVID-19 mempunyai penyakit tertentu. "Jadi anggota masyarakat ini tidak bebas dari penyakit lainnya. Sebab sebagian mempunyai penyakit tertentu yang disebut dengan kondisi atau penyakit penyerta," jelasnya.

Berdasarkan data yang dihimpun gugus tugas, kebanyakan kasus positif COVID-19 ialah orang-orang yang memiliki hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan kondisi penyerta terbanyak yang dimiliki pasien kasus positif COVID-19 di Tanah Air. Kemudian, penyakit penyerta terbanyak adalah diabetes melitus, penyakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Khusus PPOK ialah penyakit yang salah satunya diakibatkan oleh pencemaran udara karena merokok atau infeksi tertentu di paru-paru. "Jadi untuk saudara-saudara sekalian, anggota masyarakat yang memiliki penyakit penyerta seperti itu harus betul-betul berhati-hati, bahkan ekstra hati-hati agar tidak terkena penyakit," terangnya.

Tidak hanya kehati-hatian dari masyarakat yang memiliki penyakit tersebut. Namun anggota masyarakat lainnya juga harus melindungi orang dengan penyakit penyerta tersebut. Namun secara umum dari refleksi data yang ada, gejala yang paling sering muncul atau persentasenya paling tinggi pada pasien positif COVID-19 adalah batuk. Sehingga perlu pula diwaspadai.

Di sisi lain berdasarkan jenis kelamin, kasus positif COVID-19 di Tanah Air didominasi sekitar 60 persen oleh laki-laki. Laki-laki menjadi lebih rentan terkena COVID-19. Sementara sisanya 40 persen diderita oleh perempuan. "Ini adalah gambaran nasional. Kalau ingin tahu gambaran lebih detail daerah bisa masuk ke www.covid19.go.id, nanti bisa klik daerah mana saja dan gambarannya akan berbeda," terang Wiku.

Dia memaparkan data penambahan kasus mingguan COVID-19 di Tanah Air saat ini menunjukkan gerakan kurva melandai. Untuk melihat kondisi tersebut, minimal harus dilihat dari 10 provinsi. Termasuk provinsi yang memiliki penambahan kasus terbanyak.

Saat ini, 10 provinsi dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak di Tanah Air meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Nusa Tenggara Barat, Bali, Papua, dan Sumatera Barat. "Namun jangan interpretasikan melandai itu berakhir. Belum karena ini baru data satu minggu," urainya.

Data setiap minggu itu penting untuk diperhatikan sebab merupakan gambaran yang lebih realistis. Jika hanya melihat pada angka kumulatif, tentu terlihat selalu naik dan membuat masyarakat menjadi was-was. "Padahal jika dilihat data per minggu itu sudah ada melandai. Semoga nanti naik sedikit atau tetap. Kalau untuk turun itu belum tentu," terangnya.

Menurut dia, jika penambahan data COVID-19 minggu selanjutnya menunjukkan kenaikan data yang sedikit saja atau tetap, berarti sudah ada kecenderungan menurun. Ia mengimbau setiap orang bersama-sama berperang melawan COVID-19.

Selain itu, seluruh pimpinan daerah juga perlu memastikan masyarakatnya dikendalikan. "Ini seperti lari maraton di mana pesertanya ialah seluruh rakyat Indonesia. Untuk berlari itu dibutuhkan ketahanan yang panjang," ucapnya.

Sementara itu, Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan hingga Sabtu (9/5) ada penambahan 113 orang yang sembuh. Sehingga total menjadi 2.607 dari 13.645 orang yang terkonfirmasi positif. "Sedangkan pasien yang meninggal sebanyak 959 orang. Jumlah pasien dalam pengawasan sebanyak 29.690 dan orang dalam pemantauan sebanyak 246.847," kata Yuri di Graha BNPB di Jakarta, Sabtu (9/5).

Data tersebut menunjukkan penambahan bila dibandingkan sehari sebelumnya. Yaitu jumlah kasus positif bertambah 533 orang. Sedangkan pasien meninggal bertambah 16 orang. Sebelumnya pada Jumat (8/5) terdata 2.494 pasien sembuh dari 13.112 kasus positif dan 943 orang meninggal dunia.

Admin
Penulis