BEIJING - Menandai Hari Buruh Internasional, Chen Jieren seorang jurnalis di Tiongkok divonis 15 tahun setelah dituduh menyerang Partai Komunis. Partai yang berkuasa di negeri tirai bambu itu, kemarin (1/5).
Hukuman yang diterima Chen Jieren merupakan hukuman paling keras terhadap kebebasan berbicara oleh pemerintah Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping.
Jinping sendiri dikenal dengan sosok yang paling doyan memberangus pers dan memerintahkan media Cina untuk melayani kepentingan Partai Komunis yang berkuasa.
Sikap otoriternya ini memang kejam. Kekejamannya muncul sejak wabah Virus Corona. Ia tutupi segala kebobrokan dan menghadang pengawasan internasional atas penanganan pandemi coronavirus.
Jangankan Chen Jieren, yang menulis berlembar-lembar fakta dalam jurnalnya. Sosok Dr Ai Fen, dokter asal Wuhan, orang pertama melaporkan penemuan pasien terinfeksi virus corona Covid-19 diketahui menghilang.
Sebelum dinyatakan menghilang, Dr Ai Fen sempat membeberkan informasi pasien pertama berlabel virus corona SARS. Publik berspekulasi bahwa sang dokter ditahan oleh aparat.
Baca juga: Makin Ditekan Wabah Makin Meluas
Dr Ai Fen sebelumnya memberikan wawancara kepada sebuah media di Cina terkait pasien corona. Ai Fen mengungkap banyak data dan foto soal pasien Covid-19 yang ketika itu masih ditutup-tutupi pemerintah Tiongkok.
Ia mengatakan bahwa tujuanya melaporkan keberadaan virus jenis baru ini hanya ingin agar masyarakat dan pemerintah berhati-hati. Namun wawancara dengan media itu langsung dicabut tidak beberapa lama setelah dirilis.
Setelah itu, Dr Ai bersama delapan rekannya diinterogasi polisi. Sang dokter dipaksa menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa informasi yang dilontarkannya adalah palsu.
Belum lagi jika bicara hilangnya Chen Qiushi yang hilang sejak Kamis (6/2/2020) atau Fang Bin diduga menghilang sejak Minggu (9/2/2020). Atau Hua Yong, seorang seniman Tiongkok dan aktivis hak asasi manusia, yang juga ditangkap. Karena kritis.
Untuk diketahui Chen, seorang mantan jurnalis corong komunis People's Daily, Ia dihukum mengungkapkan adanya masalah pemerasan, operasi bisnis ilegal dan penyuapan di provinsi Hunan yang diposting lewat media online.
Tuduhan mamantik pertengkaran dan memprovokasi masalah menjadi kesimpulan oleh pengadilan setempat. Karena dinilai mengkritik rezim.
Pernyataan pengadilan menyebut Chen telah memposting berita palsu dan negatif dengan kedok memberikan nasihat hukum.
Pengawas Hak Asasi Manusia Tiongkok mengatakan Chen dihukum karena pidato politiknya tentang WeChat dan platform media sosial lainnya.