Oleh: Dahlan Iskan
Perang dagang sudah biasa terjadi. Krisis harga minyak juga pernah ada. Pun wabah suatu penyakit --juga sering muncul.
Tapi, kini, tiga bencana itu terjadi di waktu yang bersamaan.
Betapa babak belurnya ekonomi.
Hanya yang tabungannya kuat yang akan bisa melewati senjata trisula itu dengan selamat.
Itu hukum alam biasa.
Hukum alam lainnya adalah: yang banyak utang yang akan lebih susah.
Pemimpin-pemimpin hebat akan lahir dari situasi sulit seperti itu. Ini juga ujian baru bagi presiden seperti Donald Trump --yang awalnya menganggap flu lebih berbahaya dari virus Corona.
WHO --organisasi kesehatan sedunia-- sudah mengumumkan wabah virus Corona sebagai pandemik.
Kemarin.
Artinya: sudah menjadi ancaman untuk seluruh dunia. Sudah lebih 100 negara yang tertular virus itu. Bukan lagi endemik --yang hanya mengancam satu atau beberapa negara saja.
Tapi Uni Emirat Arab (UAE) sempat juga mengumumkan akan ikut membanjiri pasar minyak dunia.
Kemarin.
Artinya: perang minyak mentah bukan lagi drama satu babak. UAE adalah negara terbesar ketiga di bidang produksi minyak. Mulai April nanti produksinya akan dinaikkan 1 juta barel/hari --menjadi 5 juta barel/hari.
Dunia akan mendapat tambahan pasokan minyak 4 juta barel/hari. Itu karena Arab Saudi --produsen terbesar dunia-- menaikkan produksi minyaknya dari 9,7 juta barel/hari ke 12,3 juta barel/hari.
Rusia juga sudah mengumumkan menaikkan setengah juta barel/hari. Tinggal Iraq --sebagai produsen terbesar kedua dunia-- yang belum menentukan sikap.