News . 04/03/2020, 11:27 WIB
Sebelas tahun Gatot di Kaltim. Sambil kuliah ekonomi di Universitas Mulawarman. Di Samarinda pula ia menemukan isterinya sekarang --anak orang Malang yang juga merantau ke Samarinda.
Gatot lantas mendapat bea siswa ke Amerika. Ia kuliah di University of Delaware di Newark. Lalu mendapat bea siswa lagi untuk gelar doktor di Universitas Negeri Malang.
Setelah pensiun kini Gatot ikut mengajar di Institute Abdul Chalim milik Asep.
Pertengkaran saat SMA pun berakhir. Itu karena Gatot akhirnya tahu: di Jawa Barat bunyi kokok jago adalah 'kongkorongkooong'.
Gatot sama sekali tidak tahu kalau Asep itu anak kelahiran Majalengka --anak kiai besar di sana. ”Selama di SMA beliau menggunakan bahasa Jawa yang halus,” ujar Gatot.
Saya ikut memberikan pidato testimoni di forum penganugerahan itu. Saya ingat saat ingin salat subuh di Pacet. Saya berangkat dari Surabaya jam 3 pagi. Tapi saat tiba di Amanatul Ummah sudah agak telat: mendapat tempat salat di emperan masjid.
Habis salat Subuh tidak ada yang keluar masjid. Diteruskan dengan kajian kitab kuning. Semua santri membuka kitabnya. Saya ikut kitab santri di sebelah saya.
”Siapa yang mengajar itu,” tanya saya kepada santri di sebelah saya.
”Beliaunya Kiai Asep,” jawab si santri.
Oh... Inilah kunci sukses Kiai Asep, kata saya dalam hati. Beliau total sekali dalam mengurus lembaga pendidikannya. Termasuk masih mengajar sendiri untuk kajian tertentu.
Ternyata, tiap hari, Kiai Asep berangkat dari pondoknya di Siwalankerto Surabaya ke Pacet.
Tiap pukul 02.30 pagi.
Tiap hari. (Dahlan Iskan)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com