Opini . 29/04/2025, 19:09 WIB
Oleh: Satya Graha Habibilah, S.Sos.
Analis Hubungan Internasional dan Juru Bicara ISSF
Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah diplomatik yang cukup berani. Pada April 2025, pemerintah Indonesia memberikan hibah senilai US$6 juta atau sekitar Rp101,2 miliar kepada pemerintah Fiji. Tujuan dari hibah ini tidak hanya untuk membantu Fiji mengurangi beban utang, tetapi juga membangun pusat pelatihan pertanian regional yang akan menjadi sumber penguatan kapasitas pangan negara-negara Pasifik.
Tentu saja, keputusan ini memunculkan beragam reaksi. Sebagian publik bertanya: mengapa Indonesia harus memberikan dana hibah kepada negara lain, di tengah berbagai kebutuhan dalam negeri?
Untuk menjawab ini, kita perlu melihat dari sudut pandang yang lebih luas: diplomasi, kepentingan nasional, pengaruh internasional, dan strategi upper hand dalam politik global.
Indonesia secara historis konsisten memperkuat solidaritas antarnegara berkembang melalui kerangka kerja sama Selatan-Selatan. Sebagai negara dengan posisi strategis di Asia Tenggara dan anggota penting G20, Indonesia berkepentingan memperluas pengaruhnya di kawasan Pasifik.
Negara-negara kecil di Pasifik seperti Fiji memiliki bobot penting dalam organisasi multilateral seperti PBB, WTO, hingga International Seabed Authority, di mana suara mereka berkontribusi dalam pembentukan konsensus global.
Dengan memberikan hibah ini, Indonesia mempererat persahabatan dan memperluas jaringan dukungan internasional di forum-forum global yang semakin kompetitif, khususnya di tengah persaingan pengaruh antara Tiongkok, Australia, dan Amerika Serikat di kawasan Pasifik.
Secara langsung, hubungan yang erat dengan Fiji dan negara-negara Pasifik akan memperluas peluang kerja sama ekonomi dan politik bagi Indonesia. Indonesia juga menunjukkan kepemimpinan sebagai negara yang tidak hanya menerima bantuan, tetapi mampu menjadi provider of aid—sebuah lompatan penting dalam citra diplomatik.
Apalagi, sejak 2019 hingga 2024, Indonesia telah menyalurkan hibah senilai Rp113,4 miliar ke Fiji untuk sektor pendidikan dan kesehatan, termasuk dalam respons terhadap pandemi COVID-19. Hibah terbaru ini melengkapi upaya jangka panjang Indonesia untuk membangun kepercayaan dan goodwill di kawasan.
Dalam diplomasi internasional, memberikan hibah bukanlah sekadar kebaikan altruistik—ini adalah bentuk upper hand diplomacy. Dengan menjadi mitra pembangunan yang dapat diandalkan, Indonesia bisa mendapatkan posisi tawar yang lebih kuat dalam isu-isu strategis seperti:
Apalagi, saat ini kawasan Pasifik menjadi arena baru pertarungan pengaruh global. Australia, Tiongkok, bahkan Amerika Serikat berlomba menawarkan paket bantuan untuk mendapatkan pengaruh. Indonesia, dengan pendekatan diplomasi damai dan berbasis solidaritas, memiliki peluang besar untuk memainkan peran sebagai the bridge of trust antara negara besar dan negara kecil.
Kebijakan hibah kepada Fiji bukanlah pengeluaran sia-sia. Ini adalah investasi diplomasi jangka panjang untuk memperkuat pengaruh Indonesia di Global South, memperluas ruang gerak dalam pergaulan internasional, dan mempertegas komitmen Indonesia untuk tampil sebagai negara yang aktif membentuk dunia yang lebih adil.
Dalam dunia hubungan internasional, kekuatan tidak hanya diukur dari seberapa besar ekonomi atau militermu, tetapi juga dari seberapa banyak teman yang rela berdiri bersamamu saat dunia bergejolak. Presiden Prabowo dan Kementerian Luar Negeri tampaknya memahami ini dengan sangat baik. (Satya Graha Habibilah, S.Sos.)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com