Tanggung Beban USD6,7 Miliar Demi Cadangan BBM 21 Hari, Pertamina 'Nyerah' Jika Harus Tambah Lagi

Tanggung Beban USD6,7 Miliar Demi Cadangan BBM 21 Hari, Pertamina 'Nyerah' Jika Harus Tambah Lagi

Ilustrasi - Cadangan Strategis BBM Nasional di Kilang Pertamina-Istimewa-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) NIcke Widyawati menyebut keuangan Pertamina tidak akan sanggup jika harus menambah cadangan BBM lebih dari 21 hari. 

Sebagai gambaran, dengan kekuatan cadangan 21 hari saja seperti saat ini, Pertamina harus menanggung beban dana cadangan operasional sebesar USD6,7 miliar. 

(BACA JUGA:Harga Minyak 'Jatuh', Brent dan WTI Terkoreksi Hingga Lebih Dari 5 Persen)

“Kalau kami sekarang dengan 21 hari saja dengan harga sekarang, itu bebannya senilai USD6,7 miliar. Jadi untuk memaintenance cadangan 21 hari, cadangan operasinya Pertamina ini dananya, idle money kita harus USD6,7 miliar Ibu/Bapak,” kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu 6 April 2022 kemarin.

Nicke menegaskan, strategic fuel reserve alias cadangan strategis BBM ini memang dikelola oleh negara. Itu sebabnya ia meminta hal tersebut menjadi agenda pembahasan di Komisi VII DPR-RI.

“Kami berhitung,untuk menambahkan ke 30 hari saja itu nambah lagi USD3 miliar. Tidak sanggup kami,” tegas Nicke.

Menurut Nicke,  harus ada kebijakan dan alokasi anggaran khusus dari Pemerintah untuk cadangan strategis yang bisa meningkatkan  ketahanan energi nasional. 

(BACA JUGA:Antrian Truk Isi Solar Masih Terjadi, Pengamat Sebut Persoalan Kuota Hingga Disparitas Harga Jadi Penyebab)

Sedangkan anggaran yang digunakan oleh Pertamina untuk mengamankan pasokan BBM 21 hari ini saat ini adalah cadangan operasional yang jumlahnya terbatas.

“Dan menurut kami dengan sistem distribusi yang ada, cadangan operasi yang ada 21 hari, sudah cukup untuk menjaga pasokan BBM dan juga Elpiji,” imbuh Nicke.

Nicke juga menyampaikan tentang crack spread, yaitu selisih antara harga crude dengan harga produk.

Menurutnya, dengan kondisi harga minyak dunia saat ini yang begitu tinggi, maka crack spread juga semakin melebar.

(BACA JUGA:Masyarakat Antri Panjang di SPBU untuk Isi Pertalite, Puan Maharani: Jangan Bikin Rakyat Susah!)

“Di masa yang normal crack spread itu berkisar USD6 hingga USD8. Bapak/Ibu hari ini berapa crack spread nya? Pernah mencapai USD51. Jadi artinya, hari ini  dan dalam kondisi seperti ini supply demand gasoline dan gasoil ini defisit, maka kebijakan terbaik adalah mengoptimalkan produksi kilang," tuturnya. 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: