Luar Biasa! Harga Minyak Melonjak Hingga 7 Persen, Brent Dekati USD 105 Per Barrel

Luar Biasa! Harga Minyak Melonjak Hingga 7 Persen, Brent Dekati USD 105 Per Barrel

Harga minyak Brent dan WTI melejit, tertinggi sejak 2008-pexels-pixabay-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Harga minyak meroket lebih dari 7 persen, Selasa, ke level tertinggi sejak 2014, karena kesepakatan global untuk melepaskan cadangan minyak mentah gagal menenangkan kekhawatiran pasar tentang gangguan pasokan dari invasi Rusia ke Ukraina, dan malah menggarisbawahi ketakutan kekurangan energi.

Anggota Badan Energi Internasional (IEA), yang meliputi Amerika Serikat dan Jepang, setuju untuk melepaskan 60 juta barrel minyak mentah dari cadangan mereka untuk mencoba meredam kenaikan tajam harga yang mendorong  benchmark  utama melewati USD100 per barrel.

Namun, berita tentang pelepasan itu setara dengan konsumsi minyak dunia selama kurang dari satu hari hanya menggarisbawahi ketakutan pasar bahwa pasokan tidak akan cukup untuk menutupi gangguan energi yang terus meningkat.

(BACA JUGA:Sanksi Rusia Bikin Galau, Harga Paladium dan Emas Melonjak)

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD7,00 atau 7,1 persen, menjadi USD104,97 per barrel, setelmen tertinggi sejak Agustus 2014, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa 1 Maret 2022 atau Rabu 2 Maret 2022 pagi WIB.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melejit USD7,69 atau 8,0 persen, menjadi menetap di posisi USD103,41 per barrel. Itu adalah penutupan tertinggi sejak Juli 2014 dan persentase kenaikan harian terbesar sejak November 2020.

Dalam perdagangan  intraday,  Brent mencapai level tertinggi sejak Juli 2014 dan WTI menyentuh tingkat tertinggi sejak Juni 2014. Selain minyak mentah, minyak pemanas dan bensin berjangka Amerika juga menembus posisi tertinggi sejak 2014.

(BACA JUGA:Ramai-Ramai Pabrikan Otomotif Boikot Jual Kendaraan ke Rusia)

Langkah militer Rusia di Kyiv, ibu kota Ukraina, terhenti ketika pasukannya berjuang dengan tantangan logistik dasar, termasuk kekurangan makanan dan bahan bakar, dengan beberapa unit tampaknya dicengkeram oleh semangat yang rendah, tutur pejabat senior pertahanan Amerika, Selasa.

"Minyak memanjat tembok perang Ukraina yang mengkhawatirkan," kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York. Dia mengatakan trader kecewa dengan ukuran pelepasan cadangan strategis.

Sanksi yang dipimpin Amerika terhadap Rusia sebagian besar tidak secara khusus menargetkan sektor energi, tetapi trader menghindari perdagangan komoditas energi Rusia, yang mengarah ke diskon besar untuk minyak itu dan memperketat pasokan bagi jenis minyak mentah lainnya.

(BACA JUGA:Konflik Rusia-Ukraina: Amerika Heboh 'Manas-Manasin', Tapi Pas Kejadian Kemana?)

Perusahaan pelayaran terbesar di dunia, AP Moeller-Maersk A/S, menghentikan pengiriman peti kemas ke dan dari Rusia, sementara Inggris melarang semua kapal dengan koneksi Rusia memasuki pelabuhannya.

Raksasa migas global, termasuk BP dan Shell PLC, mengumumkan rencana untuk keluar dari operasi dan usaha patungan Rusia, sementara TotalEnergies SA mengatakan tidak akan menginvestasikan modal lebih lanjut dalam operasinya di Rusia.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: reuters