JAKARTA, FIN.CO.ID – Ada kabar bahwa wanita yang sudah pernah terpapar Covid-19 akan membahayakan peluang mereka untuk dapat hamil, benarkah?
Menurut temuan dalam makalah yang diterbitkan American Journal of Epidemiology oleh para peneliti di Boston University School of Public Health, hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi apa pun.
Akan tetapi bagi para pria yang tidak mendapat suntikan vaksin Covid-19 dan tertular infeksi virus corona dapat mengurangi kesuburan.
Dalam sebuah penelitian terhadap pasangan yang mencoba untuk hamil, penelitian tersebut tidak menemukan hubungan antara vaksinasi Covid-19 dan kemungkinan pembuahan pada pasangan wanita atau pria yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, atau Johnson & Johnson.
(BACA JUGA: Benarkah Covid-19 Bisa Membahayakan Peluang Kehamilan Wanita? Penelitian Ini Berikan Jawabannya)
(BACA JUGA:Dari Moto3 Lompat ke MotoGP, Darryn Binder: Saya Tak Ingin Lakukan Sesuatu yang Terlalu Gila)
“Banyak individu usia reproduktif menyebutkan kekhawatiran tentang kesuburan sebagai alasan untuk tetap tidak divaksinasi,” kata Amelia Wesselink, asisten profesor peneliti SPH dari epidemiologi dan penulis utama studi tersebut.
Tingkat vaksinasi di antara orang hamil tetap sangat rendah di Amerika Serikat, meskipun data baru menunjukkan bahwa tidak divaksinasi meningkatkan kemungkinan keguguran atau bayi meninggal dalam bulan pertama kehidupan.
“Studi kami menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa vaksinasi Covid-19 pada salah satu pasangan tidak terkait dengan kesuburan di antara pasangan yang mencoba untuk hamil melalui hubungan seksual,” kata Wesselink.
“Waktu hingga kehamilan sangat mirip terlepas dari status vaksinasi.” Ucapnya menambahkan.
(BACA JUGA:Ssst! Edy Mulyadi Bakal Dikirimin Jin, COD Lagi )
(BACA JUGA:Haji Faisal Tak Izinkan Gala Sky Bertemu dengan Sembarang Orang: Saya Ngeri!)
COVID Mengurangi Kesuburan Pria, Vaksin Tidak
Wesselink dan timnya menganalisis data survei tentang vaksinasi Covid-19, infeksi, dan fekundabilitas dari kemungkinan pembuahan per siklus menstruasi di antara peserta wanita dan pria dalam Studi Kehamilan Online (PRESTO) berbasis SPH.
Sebuah studi yang didanai National Institutes of Health yang mendaftarkan wanita yang mencoba untuk hamil, PRESTO mengikuti subjek dari prakonsepsi hingga enam bulan setelah melahirkan.