Jelang Pemilu 2024, Waspadai Radikalisme, Kriminolog: Carut Marut Pilgub DKI Jakarta dan Pilpres 2019 Jangan Terulang

Jelang Pemilu 2024, Waspadai Radikalisme, Kriminolog: Carut Marut Pilgub DKI Jakarta dan Pilpres 2019 Jangan Terulang

Radikalisme di Indonesia -ilustrasi-twitter

JAKARTA, FIN.CO.ID - Jadwal Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah diputuskan tanggal 14 Februari. 

Pemilu 2024 jangan sampai mengulang carut marut Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dan Pemilihan Presiden 2019.

Untuk mencegahnya, pemerintah harus mewaspadai gerakan bernuansa radikalisme menjelang Pemilu 2024.  

(BACA JUGA:So Sweet! Pemilu 2024 Digelar Barengan Valentine, Pilkada Serentak 27 November)

“Kita semua tahu bagaimana kontestasi politik di Pilgub DKI Jakarta dan Pilpres 2019. Terutama dengan adanya aksi massa 212. Gerakan ini mengeskalasi perkembangan radikalisme di Indonesia,” ujar Ahli Kriminologi Universitas Indonesia (UI) Arijani Lasmawati di Jakarta, Senin (24/1/2022).

Dia memaparkan hasil temuan penelitiannya. Arijani melakukan wawancara dengan empat orang perwakilan mantan anggota kelompok teror. 

Dari wawancara tersebut, dia memperoleh informasi bahwa kelompok-kelompok radikal secara aktif membawa keempat orang tersebut untuk turut serta masuk ke pusaran kontestasi politik.

(BACA JUGA:Tok! Pemilu 2024 Digelar Hari Rabu 14 Februari, Isu Perpanjangan Jabatan Apa Kabar?)

“Aksi massa 212 tidak bisa dipungkiri merupakan sebuah peristiwa yang muncul akibat carut-marutnya Pilgub DKI saat itu,” tuturnya.

Orang yang sebelumnya fokus pada kegiatan-kegiatan murni keagamaan, seperti memberantas miras dan judi, menjadi masuk ke jejaring radikal akibat peristiwa politik tersebut.

“Perkumpulan massa dalam kondisi yang sangat besar dan padat. Kemudian di media sosial menjadi perbincangan. Itulah yang saya potret sebagai eskalasi,” urainya.

(BACA JUGA:Moeldoko Terima Proposal Alkhairaat Kerjasama Pencegahan Terorisme dan Radikalisme)

Arijani menyebut salah satu informannya merupakan mantan anggota kelompok teror. Inisialnya DR. Dia mengatakan DR mulai tertarik pada Islam radikal sejak berjejaring dengan simpatisan FPI. Tepatnya ketika aksi massa 2021.

Setelah kekalahan Prabowo Subianto pada Pilpres 2019, lanjutnya, DR merasa kecewa dengan FPI. Lalu, beralih menjadi simpatisan ISIS.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Rizal Huse

Tentang Penulis

Sumber: berbagai sumber