Perangi Nepotisme, Dorong Prinsip Meritokrasi
--
FIN.CO.ID – Kita sering mendengar kata nepostime. Istilah ini mulai menggema seiring runtuhnya kekuasaan presiden Soeharto atau orde baru pada tahun 1998. Ya kala itu maraknya korupsi, kolusi, dan nepostime (KKN) menjadi salah satu pemicu gerakan reformasi.
Nah pada kesempatan ini, kita mengupas perihal nepotisme. Nepotisme berasal dari bahasa Latin yaitu nepos yang artinya keponakan atau cucu. Jadi nepotisme adalah suatu tindakan dalam memilih seseorang tanpa berdasarkan kemampuannya, melainkan kedekatan atau hubungan keluarga.
Lebih luas lagi, nepotisme merujuk pada tindakan penyelenggara negara yang melanggar hukum dengan memberikan keuntungan kepada keluarga atau orang dekatnya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
BACA JUGA:
- Civitas Akademika Unmul Soroti Perilaku Jokowi di Pilpres dan Potensi Nepotisme yang Membahayakan Demokrasi
- Media Asing Sebut Gibran Nepo Baby: Bayi Nepotisme yang Paling Kontroversi Sepanjang Sejarah Cawapres RI
Berikut ini jenis-jenis nepotisme:
1. Ikatan Kekeluargaan
Jenis nepotisme ini paling mudah dikenali. Dimana, beberapa pegawai yang bekerja di suatu lembaga atau instansi berasal dari keluarga yang sama.
2. College Tribalism
Contoh kasus, jika pemimpin perusahaan berasal dari kampus A, maka pelamar juga harus berasal dari kampus A alias lebih diutamakan daripada pelamar lain.
3. Organizational Tribalism
Nepotisme satu ini dilakukan berdasarkan afiliasi dengan organisasi tertentu seperti partai politik atau profesi. Contohnya menempatkan orang dari partai yang sama untuk mengisi posisi penting di pemerintahan.
4. Institutional Tribalism
Jenis nepotisme ini dilakukan oleh orang yang berasal dari instansi yang sama, yang kemudian pindah ke instansi lain dan membawa karyawan terbaiknya.
Nepotisme memberikan dampak buruk kepada banyak hal. Di ataranya sebagai berikut:
1. Kinerja Institusi
Praktik nepotisme dapat merugikan kinerja institusi karena pengangkatan berdasarkan hubungan keluarga atau kesamaan latar belakang akademik atau organisasi bukan berpegang pada kemampuan atau kualifikasi.Ini dapat menyebabkan orang lebih kompeten merasa tidak dihargai.
2. Etika Kerja
Nepotisme merusak etika kerja dalam organisasi karena mengutamakan hubungan keluarga atau kesamaan latar belakang akademik atau organisasi daripada kemampuan atau kualifikasi. Ini dapat menciptakan lingkungan di mana penghargaan dan promosi bukan didasarkan pada kinerja tetapi pada faktor-faktor yang tidak relevan.
3. Kredibilitas Institusi
Nepotisme merusak kredibilitas institusi di mata masyarakat karena dianggap sebagai tindakan yang tidak adil. Dengan kata lain mencoreng reputasi dan citra institusi di masyarakat dan mengurangi dukungan dari stakeholder.
4. Organisasi
Nepotisme menghambat kemajuan organisasi karena dapat mencegah orang-orang yang lebih berkualifikasi dan berbakat untuk bergabung dan berkontribusi pada organisasi.
So, perlu ada kesadaran dan tindakan untuk memerangi nepotisme dan mendorong prinsip meritokrasi dalam setiap aspek kehidupan kita. Untuk diketahui meritokrasi adalah sistem politik yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan atau kelas sosial.
BACA JUGA:
DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News
Sumber: