Wang Buliau

Wang Buliau

--

Sayang lagu daerah Kutai yang terkenal, Buah Bolok, hanya menceritakan 'dibuang sayang'. Dengarkan sendiri di YouTube. Istri saya suka menyanyikannya. Tidak ada lirik yang menghubungkannya dengan kenyamanan rasa Patin Mahakam.

Fajar memang tidak pernah kesusu untuk kendapat uang. Yang penting hatinya senang. Sampai sekarang pun, di umur 67 tahun, ia masih tinggal di komplek peternakan ikannya itu. Di Semolowaru Surabaya.

Ia masih memberi makan ikan-kannya. Menangkapnya. Ia lagi fokus bagaimana bisa membuat Wang Buliau punya banyak warna. Agar di samping jadi makanan elit juga busa jadi ikan hias langka.

Cita-cita Fajar yang lain: menciptakan kebanggan bagi orang yang mampu mengadakan pesta dengan sajian Wang Buliau.

Ia tahu zaman selalu berubah. Tapi kesukaan makan tidak pernah berubah. Orang selalu bangga kalau bisa makan menu yang sangat bergengsi. Antara lain karena mahalnya.

Tahun 1960-an, gengsi tertinggi kalau di pestanya disajikan gurami asam manis. "Tahun 1980-an gurami asam manis sudah dianggap biasa. Ganti hisit," katanya.

Tahun 1990-an yang bergensi bukan lagi hisit. Ganti 'bau yu'. Atau juga disebut abalon. "Sudah waktunya ganti lagi dengan Wang Buliau," kata Fajar.

Fajar biasa hidup dengan tantangan. Ketika memproduksi sepatu wanita ia bertekad harus bisa mengalahkan kualitas sepatu produksi kakaknya. Ia begitu sakit hati kenapa hanya kakaknya yang dapat perhatian lebih dari papanya. Setiap kali usaha ia harus sukses. Ia ingin menunjukkan kepada papanya siapa yang seharusnya lebih diperhatikan.

Kini Fajar sudah 67 tahun. Tanpa istri. Ayahnya sudah meninggal. Pun mama dan kakaknya. Tapi hati bajanya tidak pernah tua. (Dahlan Iskan) 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Catch Kill

1 minggu

Inisial B

1 minggu