Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa? Berikut Hukumnya dalam Islam

Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa? Berikut Hukumnya dalam Islam

Ibu Hamil Muda Puasa, Image oleh Alessandra Mendes dari Pixabay --

Apakah Ibu Hamil Boleh Puasa? Berikut Hukumnya dalam Islam - Menjalankan ibadah puasa bulan Ramadan adalah kewajiban bagi umat muslim.

Meski demikian ada pula yang tak diwajibkan menjalankan puasa Ramadan, seperti sedang sakit, wanita haid atau nifas, musafir atau orang dalam perjalanan jauh dan orang yang telah uzur. 

Lantas, bagaimana dengan ibu hamil? Apakah boleh dan diwajibkan menjalankan puasa Ramadan? 

Seperti dikutip dari islam.nu.or.id, dijelaskan bahwa ibu hamil memiliki ketentuan yang sama dengan orang yang sedang sakit dalam hal boleh-tidaknya meninggalkan puasa. 

Dijelaskan tidak selamanya ibu hamil tak diwajibkan atau dibolehkan meninggalkan puasa Ramadan. 

BACA JUGA:Liga Inggris Sepakat Lakukan Jeda Sejenak untuk Pemain Muslim Buka Puasa

Hal tersebut tergantung dari kondisi kesehatan ibu hamil itu sendiri. 

Seperti halnya orang sakit, ibu hamil hamil secara umum memiliki tiga keadaan dengan konsekuensi hukum yang berbeda terkait wajib-tidaknya menjalankan ibadah puasa Ramadan. 

Tiga keadaan ini secara ringkas dijelaskan dalam kitab Nihayah az-Zain Syarh Qurratul ‘Ain:   

فللمريض ثلاثة أحوال: إن توهم ضرراً يبيح التيمم كره له الصوم وجاز له الفطر. وإن تحقق الضرر المذكور أو غلب على ظنه أو انتهى به العذر إلى الهلاك أو ذهاب منفعة عضو حرم الصوم ووجب الفطر، وإن كان المرض خفيفاً بحيث لا يتوهم فيه ضرراً يبيح التيمم حرم الفطر ووجب الصوم ما لم يخف الزيادة، وكالمريض الحصادون والملاحون والفعلة ونحوهم، ومثله الحامل والمرضع ولو كان الحمل من زنا أو شبهة   

“Bagi orang sakit terdapat tiga keadaan. Pertama, ketika ia menduga akan terjadi bahaya pada dirinya yang sampai memperbolehkan tayamum, maka makruh baginya berpuasa dan boleh baginya untuk tidak berpuasa. 

Kedua, ketika ia yakin atau memiliki dugaan kuat (dhann) akan terjadi bahaya atau uzur yang mengenainya akan berakibat pada hilangnya nyawa atau hilangnya fungsi tubuh, maka haram baginya berpuasa dan wajib untuk tidak berpuasa. 

Ketiga, ketika rasa sakit hanya ringan, sekiranya ia tak menduga akan terjadi bahaya yang sampai memperbolehkan tayamum, maka haram baginya tidak berpuasa dan wajib untuk tetap berpuasa selama tidak khawatir sakitnya bertambah parah. Sama halnya dengan orang yang sakit adalah petani, nelayan, buruh, perempuan hamil dan menyusui, meskipun kehamilan hasil dari zina atau wathi syubhat” (Syekh Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali bin Nawawi al-Bantani, Nihayah az-Zain Syarh Qurratul ‘Ain, juz 1, hal. 367)   

BACA JUGA:Jaga Cairan Tubuh Saat Puasa Ramadan, Ini Kiat Sederhana dan Dipastikan Sehat

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Gatot Wahyu

Tentang Penulis

Sumber: