JAKARTA, FIN.CO.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi seluruh komponen bangsa, untuk menyukseskan agenda transformasi kesehatan yang saat ini tengah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.
Menurutnya, kolaborasi ini diperlukan untuk memperkuat komitmen dan menyatakan pandangan, guna mempercepat implementasi transformasi yang ditargetkan rampung di tahun 2024 mendatang.
“Transformasi sistem kesehatan menjadi prioritas Kementerian Kesehatan dalam dua tahun ini. Kami sangat membutuhkan partisipasi dari seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, swasta maupun organisasi untuk bisa membantu melancarkan keenam pilar transformasi kesehatan,” kata Menkes Budi.
BACA JUGA: Menkes Budi: Pemerintah akan Intervensi untuk Mengatasi Masalah Stunting
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri Musyawarah Nasional III Dan Sarasehan Nasional Forum Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Seluruh Indonesia (FIAKSI), yang digelar di Auditorium RS Yarsi, Jakarta pada Minggu (18/12).
Adapun keenam pilar tersebut diantaranya transformasi layanan primer, transfomasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
Pilar pertama adalah transformasi layanan primer. Pada pilar ini Kemenkes akan melakukan revitalisasi terhadap 300 ribu posyandu yang dilengkapi dengan penguatan kader kesehatan dan pemenuhan alkes seperti USG dan alat periksa jantung.
Selain itu, layanan a posyandu juga akan dibuat lebih fokus pada upaya promotif preventif seperti skrining dan surveilans, sasarannya juga akan diperluas bukan hanya ibu dan anak tetapi semua siklus hidup mulai dari bayi hingga lansia.
BACA JUGA: Menkes Budi: Dokter Gigi di Indonesia Masih Sangat Minim
Selain posyandu, Menkes juga akan menata ulang laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia.
Saat ini jumlah lab yang dapat melakukan diagnosis masih terbatas, kedepan seluruh provinsi di Indonesia ditargetkan memiliki laboratorium pemeriksa PCR.
Bahkan di level Puskemas dan Posyandu juga memiliki alat diagnostik untuk mendiagnosa berbagai penyakit dengan cepat.
Pilar kedua, transformasi layanan rujukan. Transformasi ini mengupayakan pemerataan fasilitas pelayanan kesehatan untuk layanan spesialistik bagi penyakit penyebab kematian sekaligus pembiayaan tertinggi di Indonesia yakni jantung, stroke, kanker, dan ginjal masih sangat terbatas.
BACA JUGA: Cara Menkes Budi Cegah KKN di Lingkungan Kemenkes
Pihaknya mengungkapkan untuk layanan penyakit jantung, saat ini belum banyak Kabupaten/kota yang mampu melakukan pemasangan ring maupun bedah jantung.