Banyak yang Bilang RI Bakal Resesi, Tapi Menkeu 'Pede' Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 Diatas 5 Persen

Banyak yang Bilang RI Bakal Resesi, Tapi Menkeu 'Pede' Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2022 Diatas 5 Persen

Pertumbuhan Ekonomi, Image oleh Mohamed Hassan dari Pixabay --

JAKARTA, FIN.CO.ID -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III/2022 akan tumbuh diatas kinerja Kuartal II/2022 yang ketika itu tumbuh 5,4 persen (tahunan/yoy). 

Hal ini jelas berbeda dengan pendapat berbagai pihak yang menyebutkan, Indonesia perlahan akan menghadapi krisis, dimana puncaknya akan terjadi pada 2023 mendatang. 

BACA JUGA:Setelah Presidensi G20, Tahun Depan Indonesia Jadi Ketua ASEAN

BACA JUGA:Presidensi G20 Indonesia Hasilkan US$ 1.4 Miliar Dana Cadangan untuk Antisipasi Pandemi Berikutnya

"Kuartal ketiga ini kami harapkan momentum pemulihan ekonomi masih akan kuat," ungkap Sri Mulyani dalam Seminar Strategi Capai Ekonomi Kuat & Berkelanjutan di Tengah Risiko yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat 28 Oktober 2022, dikutip dari Antara. 

Sri Mulyani mengatakan, ekonomi Indonesia belakangan ini tumbuh semakin baik, di mana dalam tiga triwulan berturut berhasil tumbuh di atas 5 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut dimulai dari triwulan IV-2021 yang meningkat sebesar 5,02 persen (yoy), kemudian sebesar 5,01 persen (yoy) pada kuartal I-2022, serta sebesar 5,44 persen (yoy) di kuartal II-2022.

Pada kuartal ketiga tahun ini, Sri Mulyani pun melihat perekonomian domestik masih terus pulih, bahkan di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sebesar 30 persen pada awal September 2022.

BACA JUGA:Pemerintah Dorong Pembangunan Nasional Melalui Pengembangan Proyek Strategis Nasional

BACA JUGA:Rupiah Naik Tipis Setelah Amerika Dipastikan Lolos Dari Jerat Resesi

"Meski BBM naik, dimana-mana masih macet dan permintaan konsumen serta keyakinannya pun masih sangat kuat," tuturnya.

Maka dari itu, dirinya menilai kondisi tersebut menggambarkan ekonomi Indonesia masih bullish, meski untuk membuat harga komoditas di dalam negeri stabil, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus menjadi peredam kejut atau shock absorber.

Berkat APBN, masyarakat tidak merasakan guncangan yang besar di global lantaran guncangan tersebut diserap oleh kas negara dengan biaya yang sangat besar.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: