Gas Air Mata Kadaluwarsa di Tragedi Kanjuruhan, Peneliti Sebut Bisa Berbahaya Ada Kandungan Sianida

Gas Air Mata Kadaluwarsa di Tragedi Kanjuruhan, Peneliti Sebut Bisa Berbahaya Ada Kandungan Sianida

Polisi disebut tembakan gas air mata secara membabi buta di tragedi Kanjuruhan-Aribowo Sucipto-Antara

JAKARTA, FIN.CO.ID - Tembakan gas air mata dianggap menjadi salah satu penyebab kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang pada 1 Oktober 2022.

Polisi menembakan gas air mata ke arah tribun penonton untuk menertibkan kericuhan suporter di Stadion Kanjuruhan.

Namun kericuhan di Stadion Kanjuruhan tersebut menimbulkan korban jiwa sebanyak 131 meninggal dunia.

Tragedi Kanjuruhan tersebut, Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo baru-baru ini mengakui jika membenarkan menggunakan gas air mata yang sudah kadaluwarsa saat kericuhan suporter.

BACA JUGA:Keras! Said Didu Sindir Polri yang Sebut Korban Tragedi Kanjuruhan Bukan Dari Gas Air Mata: Tega Amat Sih

BACA JUGA:Efek Gas Air Mata Kadaluwarsa saat Insiden Kanjuruhan, TGIPF: Perlu Waktu Sebulan untuk Sembuh

Dedi memastikan sebagian besar gas air mata atau (chlorobenzalmalononitrile/CS) pada saat itu adalah gas air mata yang masih berlaku dengan jenis CS warna merah dan biru.

Namun, efek ditimbulkan dari cairan kimia itu berkurang dibanding yang masih berlaku.

"Ada beberapa yang ditemukan (gas air mata) pada tahun 2021, saya masih belum tahu jumlahnya, tetapi ada beberapa," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin

Jenderal polisi bintang dua itu menyebutkan ada tiga jenis gas air mata yang digunakan oleh personel Brimob di seluruh Indonesia, yakni warna merah, biru, dan hijau. Penggunaannya pun diatur sesuai dengan eskalasi massa dan tingkat kontijensi yang terjadi.

BACA JUGA:Dedek Prayudi Tulis Komentar Mengejutkan Atas Hasil Temuan TGIPF Tragedi Kanjuruhan Tentang Gas Air Mata

BACA JUGA:Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan Sudah Kedaluwarsa, Komnas HAM: Informasinya Kami Dapatkan

Gas air mata warna hijau yang digunakan pertama berupa smoke (asap), saat ditembakkan terjadi ledakan di udara yang berisi asap putih. Gas air mata kedua berwarna biru untuk menghalau massa bersifat sedang.

Saat gas air mata ditembakkan, akan muncul partikel seperti serbuk bedak. Kemudian partikel tersebut meledak dan timbul partikel kecil yang dihirup dan jika terkena mata menyebabkan rasa perih. Dedi menambahkan jika masanya kadaluarsa, kemampuan gas air mata juga menurun.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Ari Nur Cahyo

Tentang Penulis

Sumber: