Krisis Energi, Batu Bara Kini Diburu

Krisis Energi, Batu Bara Kini Diburu

Batu Bara, Image oleh Pavlo dari Pixabay--

DAR ES SALAAM, FIN.CO.ID - Pelabuhan Mtwara di Tanzania kini ramai oleh kapal pengangkut batu bara.

Padahal, Pelabuhan Mtwara biasanya dikenal sebagai pusat distribusi kacang mete. Lalu kenapa sekarang berubah?

Menurut ahli, invasi Rusia di Ukraina telah menyebabkan dunia berlomba-lomba untuk berburu bahan bakar alternatif.

Meski begitu, banyak negara Eropa kini bersedia untuk berkompromi dalam menggunakan batu bara, bahan bakar yang bertanggungjawab atau polusi udara.

Tanzania sendiri, menurut ANTARA, biasanya hanya mengekspor batu bara termal ke negara-negara tetangganya di Afrika timur sana.

Tanzania juga tidak kepikiran jika suatu hari, mereka kan mengirimkan stok batu bara negara-negara yang jauh luar biasa jaraknya.

Krisis energi di Eropa telah mengubah itu semua.

Harga batu bara termal - biasa digunakan untuk pembangkit listrik – telah mencetak rekor akibat perang Rusia-Ukraina.

Lonjakan harga itu terjadi setelah banyak negara Eropa kehilangan akses ke pasokan utama gas alam dan batu bara dari produsen terbesar, Rusia.

Para pembeli di Eropa dan lainnya sekarang berani membayar mahal untuk mendapatkan batu bara dari tambang-tambang terpencil di sejumlah negara seperti Tanzania, Botswana dan bahkan Madagaskar.

Naiknya permintaan batu bara berbenturan dengan agenda iklim untuk beralih dari bahan bakar fosil paling polutif tersebut.

"Para pemain Eropa, setelah perang Rusia meletus, akan pergi ke tempat-tempat di mana batu bara berada," kata Rizwan Ahmed, direktur pelaksana perusahaan tambang batu bara Bluesky Minings, di Dar es Salaam, Tanzania.

"Mereka mau membayar dengan harga tinggi," katanya.
Cargill telah mencatat kenaikan signifikan pada pengiriman batu bara dalam beberapa bulan terakhir, kata Jan Dieleman, presiden divisi transportasi samudra di perusahaan perdagangan komoditas itu.

"Eropa bersaing dengan pembeli lain dan alternatifnya lebih mahal, yaitu gas," kata Dieleman.

"Eropa seharusnya mampu mendatangkan batu bara dan kita akan melihat aliran yang besar ke Eropa dari Kolombia, Afrika Selatan dan bahkan lebih jauh lagi," katanya.

Meski kesempatan meraup cuan dari batu bara kemungkinan hanya sebentar jika angin geopolitik berubah arah, beberapa negara penghasil batu bara melihat margin yang bisa diperoleh terlalu besar untuk dilewatkan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: