Pemerintah Ngotot Naikan Harga BBM, DPR: Aneh!

Pemerintah Ngotot Naikan Harga BBM, DPR: Aneh!

Ilustrasi - Petugas di SPBU hendak mengisi BBM jenis Pertamax. FOTO: Pertamina Patra Niaga--

JAKARTA, FIN.CO.ID - Sikap pemerintah yang ngotot ingin tetap menaikkan harga BBM bersubsidi di saat harga minyak dunia terus turun dianggap aneh. 

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menganggap, saat ini sudah tidak ada alasan bagi pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. 

(BACA JUGA:Polisi Ungkap Penimbunan BBM Bersubsidi di Tangerang, Empat Tersangka Diamankan Berikut Barang Bukti)

Karena itu ia minta pemerintah mengakhiri wacana kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut. 

Mulyanto juga meminta pemerintah sebaiknya tidak menaikkan harga BBM bersubsidi di tengah penurunan harga minyak internasional. 

Terbukti bukan hanya Pertamina, Shell juga ikut menurunkan seluruh jenis produk BBM-nya pada Kamis (1/9/2022). 

"Jadi akan menjadi aneh kalau pemerintah tetap ngotot untuk menaikan harga BBM bersubsidi di tengah penurunan harga minyak dunia ini," kata Mulyanto, Jum’at 2 September 2022.

(BACA JUGA:Presiden PKS: Tolak Kenaikan Harga BBM! Rakyat Butuh Keberpihakan dari Pemimpinnya! )

Mulyanto menyebut harga BBM jenis umum atau BBM non subsidi seperti Pertamax turbo, Dexlite dan Pertamina Dex mengikuti harga pasar sesuai dengan rumus yang ditetapkan Pemerintah dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62 K/12/MEM/2020. 

Jadi memang sewajarnya ketika harga minyak dunia turun, harga BBM jenis umum atau non-subsidi ikut turun.

Pemerintah hanya mengatur norma dasarnya saja. Sementara yang menetapkan harga BBM jenis umum ini operator itu sendiri. 

Pemerintah dalam hal ini hanya dilaporkan atas ketetapan harga yang telah dibuat oleh operator tersebut. 

(BACA JUGA:Polda Metro dan Kodam Jaya Gelar Rapat Bersama, Bahas Soal Rencana Kenaikan BBM)

Ia menjelaskan secara teknis acuan perhitungan harga BBM domestik Indonesia adalah rata-rata harga publikasi Mean of Platts Singapore (MOPS), karena dianggap menjadi acuan harga BBM untuk pasar minyak Asia.  

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: