Sam Poo Kong, Klenteng Bersejarah yang Merefleksikan Perjalanan Laksamana Cheng Ho di Indonesia

Senin 31-01-2022,03:28 WIB
Reporter : Sigit Nugr
Editor : Sigit Nugr

Melalui dekrit kerajaan, Zheng He ditunjuk sebagai pemimpin. Dalam buku Zheng He karangan Zhu Xie, pelayaran Zhang He menuju Samudera Barat diadakan sebanyak tujuh kali pelayaran dan memakan waktu selama dua puluh delapan tahun.

Menurut sejarawan Liem Thian Joe, pada tahun 1416, kapal Zheng He singgah di pantai Simongan pada sebuah gua batu karena kapten Wang Jing Hong jatuh sakit dan membutuhkan perawatan. Ketika sakit Wang sudah mulai membaik, Zheng He meneruskan perjalanannya menuju Tuban. 

(BACA JUGA:Tempat-tempat Wisata di Kuningan yang Menyimpan Misteri, Yuk Simak!)

Tinggallah Wang Jinghong dengan ditemani 10 awak kapal lainnya. Berdasarkan buku karangan Khong Yuan Zhi yang berjudul Muslim Tionghoa Zheng He, Wang Jinghong merupakan muslim yang saleh. Ia rajin menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk setempat. 

Selain itu, ia mengajari penduduk untuk bercocok tanam, melaut, dan berdagang. Kegiatan perdagangan dan pertanian tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lokal. 

Pada tahun 1417, Wang membangun patung Laksamana Zheng He di dalam gua batu agar penduduk setempat dapat mengingat dan memberikan penghormatan kepadanya. 

(BACA JUGA:Kelezatan Sate Maranggi Khas Purwakarta Ternyata Karena Dipengaruhi 3 Hal Ini)

Wang kemudin meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di sekitar daerah itu. Sejak itu, penduduk setempat menyebut makamnya sebagai Makam Kyai Juru Mudi (Makam Kapten Kapal).   

Ketika gua batu runtuh akibat longsor besar pada tahun 1704, penduduk setempat membangun gua baru di samping Makam Kapten Kapal dan hingga kini dikenal sebagai Klenteng Agung Sam Poo Kong. 

Klenteng tersebut sudah beberapa kali dipugar. Pada tahun 1965, Yayasan Sam Poo Kong didirikan oleh Thio Siong Thouw dan restorasi mulai dilakukan pada Januari 2002 untuk mencegah banjir dan masalah lain yang mungkin terjadi. 

(BACA JUGA:5 Kuliner Wajib Saat Perayaan Imlek)

Restorasi selesai pada Agustus 2005, bersamaan dengan 600 tahun peringatan kedatangan Laksamana Zheng He di Semarang. Setelah restorasi tersebut, kuil utama diubah menjadi megah dan luas untuk menghormati Laksamana Zheng He. 

Bangunan Klenteng Sam Poo Kong Menurut sebuah artikel oleh Benedicta Sophie Marcella dalam Jurnal Komposisi Arsitektur, terdapat lima bangunan dalam area Klenteng Sam Poo Kong, yaitu Kelenteng Utama Sam Poo Kong, Kelenteng pemujaan Dewa Bumi, Klenteng makam Mbah Kyai Jurumudi, Klenteng Mbah Kyai Jangkar, Klenteng Mbah Kyai Tumpeng dan Mbah Kyai Curudik Bumi. 

Klenteng Utama Sam Poo Kong digunakan sebagai pemujaan terhadap Laksamana Zheng He. Bangunan Klenteng Utama memiliki 90 tiang pilar berwarna merah dengan motif naga. Atap kelenteng utama bertingkat tiga serta terdapat patung simbol binatang pada ujung atap. 

(BACA JUGA:8 Hidangan Khas Betawi yang Cocok Untuk Menemani Weekend Bersama Keluarga)

Kategori :