Impor dari Cina ke RI Anjlok 51 Persen

Rabu 04-03-2020,10:55 WIB
Reporter : admin
Editor : admin

JAKARTA - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencatat aktivitas ekspor dan impor Indonesia dari dan ke Cina mengalami penurunan yang tajam sejak pekan terakhir Januari 2020. Hal ini disebabkan mewabahnya virus corona atau Covid-19. Disebutkan, nilai impor hingga pekan keempat Februari 2020 mencapai USD463 juta. Jumlah tersebut menurun sebesar 51,16 persen dibandingkan pekan keempat Januari 2020 yang mencapai USD948 juta. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Syarif Hidayat mengatakan, impor dari Cina merosot dibandingkan negara lainnya, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura. "Tren impor terjadi perubahan dari Januari ke Februari, ini bisa dilihat dari devisa negara yang juga anjlok ini. Devisa negara ini sama saja seperti nilainya, berarti memang ada penurunan nilai impor di sini," ujarnya di Jakarta, Selasa (3/3). Jenis barang yang menunjukkan penurunan tajam yakni mesin, tekstil, hingga ponsel. Impor mesin asal China hingga pekan terakhir bulan Februari hanya USD139,7 juta, turun 20,48 persen dibandingkan pekan terakhir Januari 2020. Sementara komputer asal China hanya USD16,7 juta atau turun 80,14 persen dari pekan terakhir Januari 2020 yang mencapai USD84,1 juta. Sedangkan penurunan impor tekstil dari Cina hingga 58 persen, dari posisi sebelumnya USD136,1 juta di akhir Januari 2020 menjadi USD56,8 juta di akhir Februari 2020. Untuk impor ponsel asal Cina hanya USD92 juta per akhir Februari 2020, turun tipis 5,44 persen dibandingkan Januari 2020. Sementara hingga akhir bulan Februari ekspor Indonesia ke Cina turun tipis sebesar 9,1 persen atau sebesar USD506 juta dari posisi akhir Januari 2020. Penurunan terjadi apda komdoditas yakni bahan primer, barang tambang, hingga lemak dan minyak hewan nabati. Masing-masing turun 41,65 persen, 73 persen, dan 34 persen. Kondisi tersebut, kata Syarif, menunjukkan sinyal perbaikan neraca perdagangan lantaran terjadi penurunan nilai impor yang jauh lebih dalam dibandingkan nilai ekspor. "Harusnya ini jadi pertanda baik kan, karena selisihnya mengecil, net ekspor kan jadi lebih baik. Tapi kita lihat datanya nanti di BPS ya," kata dia. Sebelumnya, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri menyebutkan penyebaran virus corona berdampak terhadap ekspor impor Indonesia per Januari 2020. "Corona ini kan sudah muncul sejak Desember, sehingga Januari (ekspor dan impor) sudah terdampak," kata dia. Menurut dia, wabah corona juga telah memukul sektor perdagangan sejumlah negara, seperti Brasil yang perdagangannya turun hingga dua digit. Hal serupa juga terjadi di Korea Selatan dan Taiwan. Oleh karena itu, dia menilai Indonesia dapat mengalihkan pasar ekspor dan impornya ke negara lain, di luar Negeri Panda, seperti Amerika Latin dan negara kawasan Asia Selatan seperti Vietnam dan Myanmar. Merujuk pada laporan Bank Dunia, setiap 1 persen penurunan ekonomi Negeri Tirai Bambu, pertumbuhan Indonesia akan terpangkas 0,3 persen. Jika asumsi penurunan itu terjadi, dirinya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terpangkas 0,6 persen dari asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,3 persen menjadi 4,7 persen. Seperti diketahui, Cina merupakan pangsa ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ke Cina sepanjang 2019 mencapai USD25,85 miliar atau memiliki porsi 16,68 persen terhadap total ekspor nonmigas RI. Sedangkan, impor nonmigas Indonesia sebagian besar juga berasal dari Cina. Pada 2019, impor dari Cina mencapai USD44,58 miliar atau mencapai 29,95 persen dari keseluruhan impor nonmigas Indonesia. Saat ini, tercatat lebih dari 3 ribu orang di seluruh dunia tewas akibat virus corona yang sudah menjangkit lebih dari 88 ribu orang.(din/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait