Gunung Kawi

Sabtu 10-12-2022,06:00 WIB
Reporter : Afdal Namakule
Editor : Afdal Namakule

"Itu foto siapa?" tanya saya sambil menuju foto orang tua di dinding.

"Buyutnya ayah saya," katanya. "Beliau meninggal tahun 1871," tambahnya.

Mendengar tahun itu saya pun menebak: ini pasti ada hubungannya dengan Perang Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, pengikutnya lari ke segala arah. Termasuk ke Tegalsari di Ponorogo dan ternyata ada yang sampai ke Gunung Kawi ini.

"Benar sekali. Beliau salah satu panglima perang Diponegoro," ujar Yana.

"Berarti ada pohon sawo kecik di lingkungan ini?" tanya saya.

"Iya. Ada. Pohonnya di sana itu," jawabnya. "Juga ada pohon dewa ndaru," tambahnya.

Salah satu yang ikut lari ke Kawi ini adalah seorang Tionghoa. Namanya dikenal dengan Pek Yam (Tan Ki Yam). Ia orang kepercayaan Mbah R.M. Imam Soedjono. "Makam beliau di sana itu," ujar Yana.

Maka makam paling keramat di Gunung Kawi ini sebenarnya makam ulama tarekat. Para pejuang di harus depan Perang  Diponegoro adalah para ulama tarekat.

Anda mungkin lebih tahu mengapa Gunung Kawi lantas bertransformasi menjadi lambang tempat berdoa untuk menjadi kaya.

Saya pun sering menjadikan Gunung Kawi sebagai contoh dalam ceramah tentang fokus: Gunung tidak perlu tinggi, yang penting ada Dewanya; sungai tidak perlu dalam yang penting ada naganya.

Ketinggian Gunung Kawi hanya 2.551 meter. Tapi mengapa yang datang ke sana lebih banyak dari Gunung lainnya yang lebih tinggi.

Orang tidak harus menjadi yang terkaya, terkuasa, terpandai, tercantik, dan seterusnya. Yang penting orang punya kehebatannya sendiri-sendiri. (*)

Kategori :

Terkait

Minggu 12-05-2024,06:00 WIB

James Today

Sabtu 11-05-2024,06:00 WIB

James Camino

Kamis 09-05-2024,06:00 WIB

Seragam Baru

Rabu 08-05-2024,06:00 WIB

Timah Kolektor

Selasa 07-05-2024,06:00 WIB

DK Jakarta