Modernisasi Pertahanan Maritim Indonesia dengan UAV MALE

fin.co.id - 11/02/2025, 23:40 WIB

Modernisasi Pertahanan Maritim Indonesia dengan UAV MALE

DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, S.SiT., M.H., M.Mar. Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Centre (IKAL SC)

Oleh: DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, S.SiT., M.H., M.Mar.

Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Centre (IKAL SC)

Wilayah maritim Indonesia yang luas, mencakup 5,81 juta km² perairan dan lebih dari 17.504 pulau, menghadirkan tantangan besar dalam pengawasan dan penjagaan kedaulatan. Dengan kondisi geografis yang kompleks, pengelolaan keamanan maritim memerlukan teknologi yang adaptif dan efisien. Dalam konteks ini, pengenalan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) kategori Medium Altitude Long Endurance (MALE) menjadi solusi strategis.

UAV MALE, yang dirancang untuk beroperasi pada ketinggian menengah dengan durasi terbang yang panjang, memberikan efektivitas dalam memantau wilayah maritim serta mendeteksi ancaman sejak dini. Teknologi ini mendukung efisiensi operasi –khususnya di area yang sulit dijangkau oleh armada konvensional. Kemampuan UAV MALE dalam mendeteksi ancaman maritim seperti penangkapan ikan ilegal (Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing/IUU) di Laut Natuna Utara dan Laut Arafura menjadi salah satu keunggulan utama.

Dilengkapi sensor canggih seperti elektro-optik, radar maritim, dan pencitraan inframerah, UAV MALE dapat beroperasi siang dan malam, bahkan dalam cuaca buruk. Dengan patroli yang lebih intensif dan akurat, UAV ini membantu melindungi sumber daya laut Indonesia sekaligus mencegah kerugian ekonomi. Di samping itu, UAV MALE juga efektif dalam memerangi perompakan di jalur perdagangan strategis seperti Selat Malaka, dan memberikan respons cepat terhadap insiden keamanan yang mengancam stabilitas kawasan.

Implementasi UAV MALE tidak hanya memperkuat pertahanan maritim, tetapi juga membawa peluang untuk modernisasi teknologi pertahanan Indonesia. Pembelian drone ANKA dari Turki senilai $300 juta, misalnya, menandakan langkah signifikan dalam memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional.

Dengan kemampuan pengawasan real-time dan sensor mutakhir, ANKA mendukung pengawasan wilayah strategis Indonesia –sekaligus meningkatkan daya tawar diplomatik di tengah ketegangan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. Data intelijen yang dihasilkan dapat digunakan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam isu sengketa teritorial, menjadikan UAV ini bukan hanya alat militer, tetapi juga instrumen diplomasi yang strategis.

Tantangan Modernisasi Teknologi UAV

Penggunaan UAV kategori Medium Altitude Long Endurance (MALE) menawarkan solusi strategis bagi pertahanan Indonesia, khususnya dalam pengawasan maritim. Kendati begitu, implementasi teknologi ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberhasilannya. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan akan regulasi yang jelas dan terstruktur.

Peraturan mengenai penggunaan ruang udara, protokol operasional, serta integrasi UAV dengan sistem pertahanan nasional harus dirancang dengan matang agar penggunaannya tidak menimbulkan konflik atau hambatan teknis. Selain regulasi, pengembangan infrastruktur pendukung juga menjadi hal krusial. Soalnya operasi UAV membutuhkan pangkalan yang dilengkapi dengan fasilitas pemeliharaan, sistem komunikasi canggih, dan teknologi pengolahan data untuk memastikan efektivitas pengawasan.

Dengan memanfaatkan transfer teknologi ini, Indonesia dapat membangun kemampuan domestik untuk memproduksi dan mengembangkan UAV sesuai kebutuhan pertahanan nasional. Selain meningkatkan postur pertahanan, transfer teknologi UAV modern juga dapat menjadi katalis bagi pertumbuhan industri pertahanan nasional.

Dengan demikian, penguasaan teknologi UAV tidak hanya memberikan keuntungan dalam konteks pertahanan, tetapi juga dalam menciptakan ekosistem industri strategis yang berkelanjutan. Dari itu keberhasilan implementasi teknologi UAV memerlukan dukungan komprehensif dari berbagai sektor.

Pemerintah perlu menyediakan anggaran yang memadai untuk pengembangan teknologi dan infrastruktur, serta memastikan bahwa transfer teknologi berjalan efektif. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, militer, dan sektor swasta harus diperkuat untuk menciptakan sinergi dalam pengembangan teknologi UAV. Dengan pendekatan ini, modernisasi teknologi UAV dapat menjadi pilar penting dalam memperkuat pertahanan nasional dan kemandirian alutsista Indonesia.

Maka untuk mencapai kemandirian di sektor pertahanan, pengembangan teknologi UAV secara lokal harus menjadi prioritas. Saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor UAV seperti ANKA yang dibeli dari Turki dengan nilai $300 juta. Meskipun ini adalah langkah awal yang positif, ketergantungan terhadap pihak asing perlu dikurangi melalui program transfer teknologi.

Sigit Nugroho
Penulis