fin.co.id - Wacana pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Prabowo Subianto kembali mencuat dan memicu spekulasi.
Apakah ini tanda-tanda koalisi baru? PDIP dengan tegas menolak anggapan tersebut, menyebut bahwa pertemuan ini hanyalah bentuk pertemanan pribadi, bukan langkah politik.
Pada pidato HUT PDIP, Megawati mengungkapkan bahwa hubungan dengan Prabowo tidak seburuk yang dikatakan banyak orang. "Banyak yang beranggapan saya dan Pak Prabowo musuhan, itu tidak benar," ujarnya di hadapan kader PDIP yang langsung merespons dengan tepuk tangan.
Diplomasi Nasi Goreng Megawati dan Prabowo
Megawati kemudian menceritakan pengalaman pribadi tentang pertemuannya dengan Prabowo, di mana keduanya sempat berbicara tentang anak buah mereka.
Baca Juga
- Mengenal Diplomasi Nasi Goreng Megawati dan Prabowo: Tak Ada Koalisi, Hanya Temu Sambil Bercanda
- Indonesia Berangkatkan 221 Ribu Jemaah di Musim Haji 2025
Bahkan, Megawati mengungkapkan bahwa Prabowo sangat menyukai nasi goreng buatannya. "Pak Prabowo bilang, 'Ibu Mega, nasi gorengnya enak. Tolong masak lagi'," ujar Megawati sembari tertawa.
Namun, permintaan itu belum terwujud karena Megawati merasa "mumet" dengan berbagai masalah.
Kisah nasi goreng ini bukan yang pertama kali. Pada 2019, saat situasi politik Indonesia tengah memanas menjelang Pemilu, Prabowo dan Megawati pernah bertemu di kediaman Megawati.
Setelah pertemuan itu, keduanya sempat menyebutkan "diplomasi nasi goreng" sebagai cara mereka menjalin hubungan meski berada di kubu politik yang berbeda.
PDIP: Jangan Terkesan Koalisi
Politisi PDIP Aria Bima juga mengimbau agar pertemuan Megawati dan Prabowo tidak disalahartikan sebagai upaya membangun koalisi. "Jangan dikonstruksikan seolah-olah ini untuk membentuk koalisi. Biarkan saja pertemuan ini berjalan natural," ujarnya di Jakarta, Minggu, 12 Januari 2025.
Baca Juga
- Dukung Indonesia Bebas Sampah Plastik, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah dan Dorong Gaya Hidup Ramah Lingkungan
- Reog Ponorogo Akan Jadi Potensi Wisata Baru?
Aria menegaskan bahwa Megawati tidak memiliki kendala psikologis untuk bertemu Prabowo. Keduanya, lanjut Aria, bersahabat baik, dan bahkan menggunakan diplomasi nasi goreng untuk mengatasi perbedaan politik mereka.
Pertemuan Tanpa Agenda Politik
Dengan penjelasan ini, semakin jelas bahwa pertemuan antara Megawati dan Prabowo lebih kepada hubungan personal ketimbang politik. Meski demikian, apakah pertemuan ini akan menjadi titik balik dalam hubungan kedua tokoh politik ini? Hanya waktu yang akan menjawab.
Namun, satu hal yang pasti: jangan menganggap diplomasi nasi goreng sebagai langkah menuju koalisi politik. Ini hanyalah simbol persahabatan, setidaknya untuk saat ini. (*)