fin.co.id - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, mengungkapkan bahwa ancaman kebijakan tarif dari Presiden AS terpilih, Donald Trump, berdampak signifikan pada kenaikan suku bunga jangka panjang di seluruh dunia.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Bloomberg pada Minggu 12 Januari 2025, Georgieva menyoroti bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan dari pemerintahan Trump menambah tekanan terhadap perekonomian global.
Menurut Georgieva, kenaikan suku bunga jangka panjang terjadi bersamaan dengan penurunan suku bunga jangka pendek, menciptakan situasi ekonomi yang tidak biasa.
"Kombinasi ini menunjukkan dampak dari ketidakpastian kebijakan perdagangan AS, yang telah memengaruhi pasar global, termasuk negara-negara dengan ekonomi berkembang," katanya.
Baca Juga
- IMF: Ancaman Tarif Trump Picu Lonjakan Suku Bunga Jangka Panjang Global
- Kebakaran Hutan Los Angeles Tewaskan 13 Orang, Warga Terpaksa Mengungsi!
Donald Trump, yang akan kembali menjabat pada 20 Januari 2024, telah berkomitmen untuk memberlakukan tarif baru pada impor dari negara-negara seperti China, Kanada, dan Meksiko.
Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran tentang potensi gangguan rantai pasokan global, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan tekanan inflasi.
Dalam beberapa pekan terakhir, pasar global telah menyaksikan lonjakan imbal hasil obligasi di banyak negara dan penguatan dolar AS.
Hal ini menunjukkan kekhawatiran investor atas dampak kebijakan Trump terhadap perekonomian dunia.
Pierre-Olivier Gourinchas, Kepala Ekonom IMF, sebelumnya telah memperingatkan bahwa tarif dan ketidakpastian perdagangan dapat memangkas output global hingga 0,5%.
Baca Juga
- Organisasi Meteorologi Dunia Sebut Selama 2024 Terjadi Panas Luar Biasa
- Presiden Panama akan Laporkan Trump ke PBB
Georgieva menambahkan bahwa dampak dari kebijakan AS akan paling terasa di negara-negara yang sangat terintegrasi dengan rantai pasokan global, seperti kawasan Asia dan ekonomi pasar berkembang.
Kekuatan dolar AS juga dinilai akan meningkatkan beban suku bunga untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
IMF sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,2% pada tahun 2025, tetapi revisi angka ini akan diumumkan pada 17 Januari 2025 melalui pembaruan Prospek Ekonomi Dunia.
Georgieva mengisyaratkan bahwa angka tersebut tidak akan berubah signifikan. Namun, terdapat perbedaan regional yang mencolok:
- AS menunjukkan performa yang lebih baik dari perkiraan.
- Uni Eropa mengalami perlambatan.
- India melemah secara moderat.