Ferry membeli gerobak, peralatan dapur untuk memasak bakso, dan bahan baku, serta biaya sewa rumah liar, yang di Batam dikenal sebagai rumah ruli, di kawasan Jodoh, Kota Batam.
Lagi-lagi perhitunganya tepat, minim pesaing jualan baksonya berkembang pesat, sehari dia bisa mendapatkan uang Rp50 ribu. Uang tersebut terus ditabung hingga memperluas usahanya menambah jumlah gerobak.
“Dari dua gerobak, jadi empat gerobak. Saya ajak abang saya dan temannya dari kampung gabung dengan saya,” katanya.
Sejak saat itu usaha bakso rintisan berkembang, Ferry pun jadi pemilik usaha bakso keliling dengan empat gerobak. Modal kembali, untungpun di dapat, setiap untung yang diperoleh diputar kembali untuk mengembangkan usahanya.
Ferry tak lagi turun jualan, ia bertugas di bagian dapur, sementara abang dan kedua temannya yang turun jualan. Sejak tak lagi berjualan, mengisi waktu dengan bekerja sebagai pengojek untuk tambahan modal.
Syukur dan ikhlas
Baca Juga
Hingga menikah di tahun 1995, Ferry masih merintis jualan bakso gerobak. Sedikit demi sedikit uang ditabung untuk modal membangun usaha bakso rumahan tak lagi keliling di jalan.
Dibantu istri, Ferry mengembangkan usaha bakso rumahan yang diberi nama Bakso Gunung, berinovasi dengan model bakso yang tidak pada umumnya.
Bakso Gunung yang didirikan Ferry dikenal dengan bakso urat dengan bentuk menyerupai gunung (segitiga) dan bakso gunung merapi (berisi telur). Ide itu muncul begitu saja, karena teringat dengan Gunung Kawi tempat tinggalnya.
Tidak hanya dari bentuk, rasa juga dia pertahankan, banyak masyarakat Batam mengenal Bakso Gunung dengan rasanya yang khas, gurih, dan enak, selain itu porsinya yang mengenyangkan.
Saat ini gerai Bakso Gunung tidak hanya menjual bakso saja, tapi juga ada mie ayam, aneka minuman seperti es teler, es alpukat, dan ada juga menu ayam penyet, resep masakan istrinya.
Kunci kesuksesannya membangun bisnis, selain jeli melihat peluang, mempertahankan rasa, Ferry juga tidak mengambil untung besar. Seperti di toko lain menjual teh obeng Rp6.000, dia masih mempertahankan harga Rp5.000.
Semua usahanya dibangun dari nol bermodalkan uang tabungan yang diputar dan diinvestasikan. Ferry dan istri juga punya kebiasaan bersedekah, seperti caranya membangun masjid, lapangan sepakbola dan jalan adalah sebagian dari harta yang disedekahkannya.