Kisah Tragis Korban Selamat Kecelakaan Jeju Air: Kehilangan Ingatan dan Patah Hati

fin.co.id - 30/12/2024, 07:33 WIB

Kisah Tragis Korban Selamat Kecelakaan Jeju Air: Kehilangan Ingatan dan Patah Hati

Kronologi dan Penyebab Pesawat Jeju Air Kecelakaan Saat Mendarat hingga 179 Orang Tewas

fin.co.id – Kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Muan, Korea Selatan, pada Minggu, 28 Desember 2024 menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak.

Dari 181 orang yang berada di dalam pesawat Boeing 737-8AS tersebut, hanya dua orang yang selamat.

Salah satu korban selamat, seorang pramugara bernama Lee (33), terbangun di rumah sakit tanpa mengingat detail peristiwa tragis yang baru saja dialaminya.

"Saat saya terbangun, saya sudah diselamatkan," ujar Lee kepada dokter di Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha di Seoul barat, tempat ia dirawat. Lee, yang bertugas sebagai pramugara dalam penerbangan 7C2216 dengan nomor registrasi HL8088, ditemukan dalam keadaan tidak sadar setelah pesawat tersebut mengalami kecelakaan fatal di landasan pacu.

Hingga kini, Lee tidak ingat bagaimana pesawat yang terbang dari Bangkok, Thailand, itu bisa jatuh.

Direkturnya, Ju Woong, menyampaikan bahwa Lee tampaknya tidak mengalami kehilangan ingatan atau efek trauma yang parah, namun pihak medis tetap memberikan perawatan intensif mengingat kemungkinan dampak lanjutan dari kecelakaan, seperti kelumpuhan total.

Lee juga mengalami beberapa patah tulang yang cukup serius.

Selain Lee, satu korban selamat lainnya adalah seorang pramugari berusia 25 tahun, Koo. Koo yang mengalami cedera di pergelangan kaki dan kepala, kini dirawat di Pusat Medis Asan di Seoul.

Meskipun kondisinya stabil, pihak rumah sakit menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kesehatannya, menjaga privasi korban.

Kecelakaan ini terjadi saat pesawat Jeju Air tersebut mendekati landasan setelah terbang dari Bangkok.

Sebuah video yang beredar menunjukkan pesawat tersebut mengepulkan asap dari salah satu mesinnya sebelum akhirnya seluruh badan pesawat terbakar hebat.

Menurut beberapa sumber, kerusakan pada mesin pesawat diduga disebabkan oleh tabrakan dengan kawanan burung.

Selain itu, pesawat dilaporkan gagal mengeluarkan roda pendaratan, sehingga kehilangan kendali saat mendarat di landasan pacu.

Tragedi ini meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi keluarga dan teman-teman korban. 179 orang di dalam pesawat, termasuk penumpang dan awak kabin, dinyatakan meninggal dunia.

Kecelakaan ini menjadi salah satu bencana udara terburuk dalam sejarah penerbangan Korea Selatan, meninggalkan kesan yang mendalam bagi semua pihak yang terlibat.

Sigit Nugroho
Penulis