fin.co.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengklaim telah mengantongi bukti adanya intervensi Kapolda Papua Tengah Brigjen Pol Alfred Papera dalam proses rekapitulasi suara Pilkada Papua Tengah 2024.
Ketua DPP PDIP Ronny Talapessy mengatakan peristiwa intervensi tersebut dilakukan pada saat sidang pleno rekapitulasi suara di Kabupaten Paniai. Selain intervensi, ia mengatakan sejumlah anggota kepolisian juga turut melakukan aksi kekerasan terhadap peserta rapat.
"Kami meminta kepada Kapolri atau Presiden Prabowo Subianto agar mencopot Kapolda Papua Tengah Brigjen Alfred Papera, Kapolres Paniai Kompol Deddy Agusthinus Puhiri dan Kabagops Polres Paniai AKP Hendry Joedo," kata Ronny, Minggu, 15 Desember 2024.
Bahkan, kata dia, berdasarkan laporan dari masyarakat Paniai, dirinya juga mendapat laporan jika Ketua KPUD Paniai sempat turut mendapatkan diskriminasi.
Lebih lanjut, ia meminta kepada masyarakat di Papua Tengah yang menjadi pendukung PDIP turut mengawal proses rekapitulasi ini.
"Kami meminta untuk masyarakat yang ada di Papua Tengah yang merupakan pendukung PDI Perjuangan agar mengawal proses ini, menjaga demokrasi, agar jangan demokrasi ini dirusak oleh kepentingan-kepentingan politik, syahwat kekuasaan yang dipertontonkan secara luas dan yang sudah tersebar di media sosial dan di media," tegas Ronny.
Sebagai informasi, aksi polisi yang melakukan kekerasan terekam kamera masyarakat saat Rapat Pleno Rekapitulasi Perhitungan Suara Tingkat Kabupaten Paniai, Papua Tengah. Dalam video yang beredar, sebagian polisi memukuli orang-orang yang hadir dalam rapat pleno KPU Paniai.
Baca Juga
Dalam cuplikan video itu, didapati rapat pleno Kabupaten di Paniai pada 11 Desember 2024 diinterupsi oleh Kabagops Polres paniai. Interupsi itu terjadi ketika Kabagops Polres Paniai berbicara dengan nada tinggi, menunjuk-nunjuk hingga menggebrak meja tepat di samping pimpinan KPU Paniai.
Rapat itu pun berujung kisruh. Tapi polisi bukannya meredam emosi massa, malah ikut tenggelam dalam kisruh tersebut. Nampak dalam video itu sejumlah aparat polisi melakukan aksi kekerasan dengan mendorong massa. Bahkan ada polisi yang memegang kayu guna menangkal massa.
Dari kronologis yang dihimpun PDIP, rekapitulasi suara Cabup dan Cawabup Paniai serta Cagub-Cawagub Papua Tengah berjalan lancar pada pukul 09.30 WIT. Lalu proses penghitungan yang direpresi kepolisian ialah rekapitulasi untuk Pilkada Kabupaten Paniai dan Papua Tengah 2024.
Ketua DPP PDIP Ronny Talapessy menyampaikan rekapitulasi dihadiri lima komisioner KPUD dan Bawaslu di tingkat Kabupaten Paniai, para saksi kandidat yang berkontestasi.
"Pembacaan hasil suara lapangan dari Tingkat Distrik dimulai dari Distrik Topiyai hingga pada Distrik Aweida berjalan lancar," kata Ronny saat mengungkapkan kronologi aksi represif dalam konferensi pers di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Jumat, 13 Desember 2024.
Ronny menyebut keributan mulai muncul ketika proses rekapitulasi untuk membacakan penghitungan suara dari Distrik Wegemuka sekitar pukul 10.30 WIT demi membatalkan penghitungan suara.
Keributan dipancing oleh saksi dari dua Cagub Papua Tengah, yakni Natalis Tabuni dan Wilem Wandik. Lalu saksi dari Cabup Paniai Oktopianus Gobai, Roby Kayeme, dan Nason Uti membuat kehebohan dengan merusak kursi dan meja pimpinan sidang pleno rekapitulasi.
Para aparat keamanan kemudian tanpa diminta masuk ke dalam ruangan pleno termasuk Kapolres Kabupaten Paniai, Kompol Deddy A. Puhiri beserta anak buahnya lengkap dengan kelengkapan senjata. Keributan kembali terjadi karena saksi ngotot agar rekapitulasi ditunda. Polisi pun kembali memasuki ruangan.