Internasional . 25/11/2024, 09:00 WIB
Di dalam negeri, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar atas penolakannya untuk mengakhiri perang atau bernegosiasi untuk gencatan senjata.
Ketidakmauan pemerintahannya untuk menghentikan pertempuran telah dikaitkan dengan kelangsungan politik mereka.
Beberapa menteri sayap kanan dalam koalisi Netanyahu dilaporkan mengancam akan menarik dukungan mereka jika perang dihentikan, dengan kekhawatiran bahwa pemerintahan mereka akan runtuh.
Para kritikus berpendapat bahwa kegagalan Netanyahu untuk bertindak didorong oleh motif pribadi dan politik, tanpa memperhatikan nyawa sandera atau warga sipil.
Kebuntuan politik ini, menurut beberapa pihak, memperburuk biaya kemanusiaan dari perang, terutama bagi sandera yang terjebak di Gaza.
Bagi banyak orang, konflik yang terus berlangsung ini tampaknya lebih berkaitan dengan permainan politik daripada strategi militer, meninggalkan orang-orang yang tidak bersalah untuk menderita.
Komunitas internasional merespons dengan semakin khawatir terhadap tindakan Israel. Selain seruan untuk gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan, Israel kini menghadapi tekanan hukum yang semakin besar.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) baru-baru ini mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dengan tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait peran mereka dalam serangan Israel di Gaza.
Tindakan ICC ini memicu perdebatan mengenai akuntabilitas atas tindakan kedua belah pihak, Israel dan Palestina.
Situasi ini kini mencapai titik kritis, dengan kekuatan global dan organisasi internasional menyerukan keadilan dan resolusi. Di tengah konflik ini terletak krisis kemanusiaan yang tak terpecahkan, dengan tidak ada akhir yang jelas terlihat.
Sementara perang terus berlanjut, dunia menyaksikan kedua belah pihak mempersiapkan eskalasi lebih lanjut, masing-masing mengutuk pihak lainnya sementara nyawa orang-orang yang tidak bersalah terus melayang di tengahnya.
Kematian tragis seorang sandera wanita di tangan pasukan militer Israel menjadi pengingat tajam akan biaya kemanusiaan dari konflik tanpa akhir ini.
Baik melalui saluran hukum, negosiasi politik, atau tindakan militer, komunitas internasional harus menghadapi kenyataan pahit dari situasi di Gaza.
Kematian sandera, warga sipil, dan kombatan tidak dapat diabaikan, dan siklus kekerasan harus dihentikan sebelum lebih banyak nyawa melayang.
Saat situasi di Gaza semakin memburuk, pertanyaannya tetap: apakah komunitas internasional akhirnya akan turun tangan untuk menghentikan pertumpahan darah, atau akankah manuver politik terus menentukan nasib mereka yang terjebak di tengah pertempuran? Dunia sedang menunggu jawabannya. (Antara)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com