fin.co.id - Apa sebenarnya pemicu konflik antara Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong Marcos dengan Wakil Presiden Sara Duterte hingga berujung ancaman pembunuhan?
Beberapa waktu lalu, Sara Duterte pernah menuduh Bongbong Marcos tidak kompeten dan kurang memiliki kemampuan kepemimpinan.
Bongbong Marcos dituduh hanya memanfaatkan dirinya semasa pemilihan presiden untuk meraih suara.
Sara Duterte mengaku tidak berteman dengan Bongbong Marcos. Meskipun dirinya telah menjadi wakil presiden sejak Pemilu 2022 lalu.
Bahkan, lanjut Sara, mereka belum pernah berbicara sebelum kampanye Pemilihan Presiden/Wapres digelar.
Ketegangan mulai memuncak pada Oktober 2024 lalu. Saat itu, Sara Duterte mengancam akan menggali sisa-sisa jenazah dari mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos yang juga ayah Bongbong Marcos. "Suatu hari nanti, saya akan ke sana. Saya akan mengambil jasad ayahmu dan membuangnya ke Laut Filipina Barat," ujar Sara Duterte.
Diketahui, Ferdinand Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989. Kemudian, jenazahnya diawetkan. Lalu dibawa ke kota Batac pada tahun 1993. Sejak itu, jenazahnya dipajang dalam peti kaca dan menjadi objek wisata.
Pada 18 November 2016, pemerintah Filipina mengizinkan jenazah Ferdinand Marcos dimakamkan di pemakaman nasional Benteng Bonifacio di Barangay Western Bicutan, kota Taguig, Manila.
Baca Juga
Tak hanya itu. Sara juga mengklaim Bongbong Marcos pernah mempermalukan seorang lulusan dalam sebuah upacara publik. Perlakuan ini membuat Sara sangat marah dan ingin memenggalnya.
"Saya ingin memenggal kepalanya. Saya membayangkan diri saya memenggal kepalanya," kata Sara sambil mengisyaratkan tenggorokannya digorok.
Setelah itu, DPR Filipina mencopot mantan presiden Gloria Macapagal Arroyo sebagai wakil ketua. Diketahui Arroyo adalah mentor Sara Duterte. Tindakan pemecatan tersebut kembali membuat wakil presiden itu marah besar.
Selain itu, Bongbong Marcos juga memutuskan mengawasi penggunaan dana diskresi jutaan dollar AS oleh Sara Duterte. Keputusan ini ditindaklanjuti oleh DPR Filipina dengan pemblokiran dana diskresioner dalam anggaran 2024 dari 2 lembaga pimpinan Sara Duterte.
Akibat konflik ini, pemerintah Filipina sering menerima kritikan. Publik menilai presiden dan wakil presiden Filipina lebih mementingkan konflik politik daripada kebutuhan rakyatnya.
Presiden Filipina Bongbong Marcos dan Wapres Sara Duterte yang kini berseteru