fin.co.id – Penurunan biaya logistik darat di Indonesia yang efektif masih terkendala oleh tingginya tarif tol, khususnya di ruas Tol Trans-Jawa. Pemerintah dinilai perlu melakukan penyesuaian tarif untuk mendukung efisiensi logistik, yang berperan penting dalam meningkatkan daya saing industri dan perekonomian Indonesia.
Penelitian Tenggara Strategics: Tingginya Tarif Tol Jadi Kendala Logistik
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh lembaga riset Tenggara Strategics, yang dirilis pada Jumat, 22 November 2024, menyatakan bahwa meskipun pembangunan infrastruktur jalan tol telah memberikan dampak positif dalam efisiensi logistik—terutama dalam penghematan bahan bakar—tingginya tarif tol justru menjadi salah satu kendala utama bagi pelaku usaha logistik.
Peneliti senior Tenggara Strategics, Eva Novi Karina, menegaskan bahwa banyak pelaku usaha memilih jalur konvensional, seperti Pantura, yang lebih murah meskipun lebih padat dan kurang efisien, daripada menggunakan ruas Tol Trans-Jawa yang tarifnya dianggap terlalu tinggi.
“Tarif tol yang tinggi di ruas Trans-Jawa membuat banyak perusahaan logistik memilih jalur alternatif yang lebih murah meskipun lebih memakan waktu. Ini menjadi dilema bagi sektor logistik Indonesia,” ujar Eva di Jakarta.
Tingginya Biaya di Tol Trans-Jawa
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan, biaya untuk melewati Tol Trans-Jawa bagi truk golongan V, yang biasa digunakan untuk angkutan barang, bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta sekali jalan. Hal ini menjadikan Tol Trans-Jawa, yang membentang dari Merak hingga Banyuwangi, sebagai salah satu yang tarifnya paling tinggi di kawasan Asia Tenggara.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah memiliki salah satu jaringan jalan tol terpanjang di kawasan ini, biaya yang dikenakan pada pengusaha logistik tetap menjadi beban yang signifikan.
Menurut Eva, meskipun jumlah jalan tol semakin bertambah, tarif yang tinggi justru membatasi peningkatan volume angkutan barang di jalan tol. Sebagai contoh, ketika biaya logistik yang lebih tinggi dibebankan pada pengusaha, tidak ada insentif yang cukup untuk memanfaatkan infrastruktur jalan tol secara optimal.
Baca Juga
Dampak pada Biaya Operasional dan Harga Barang
Selain itu, tarif tol yang tinggi juga berimbas pada efektivitas backhauling—situasi di mana perusahaan logistik harus membayar tol dua kali, sekali untuk perjalanan menuju tujuan dan sekali lagi untuk perjalanan kembali.
Hal ini tentu akan meningkatkan biaya operasional, terutama ketika perjalanan kembali tidak membawa muatan penuh. Akibatnya, biaya tambahan tersebut harus ditanggung oleh konsumen, yang pada gilirannya berpotensi mendorong harga barang menjadi lebih mahal.
Eva mengungkapkan, penyesuaian tarif tol yang lebih terjangkau akan membantu perusahaan transportasi untuk mengurangi beban biaya operasional, yang pada akhirnya akan mengurangi harga barang di pasar.
Penurunan biaya logistik ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri logistik Indonesia di tingkat regional.
Pentingnya Penyesuaian Tarif Tol bagi Daya Saing Ekonomi Nasional
Sesuai dengan tujuan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018, yang menekankan pentingnya pembangunan jalan tol untuk menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional, penyesuaian tarif tol menjadi langkah krusial.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pembangunan jalan tol Indonesia berkembang pesat, dari 1.117 km pada 2016 menjadi 2.816 km pada 2023.
Peningkatan signifikan terutama terjadi pada 2018 dan 2019, dengan penambahan masing-masing 459,23 km dan 405,57 km. Namun, meski infrastruktur terus berkembang, peningkatan tarif tol yang pesat menjadi penghalang untuk merasakan manfaat maksimal dari pembangunan tersebut.
Kesimpulan: Pentingnya Kebijakan Tarif Tol yang Lebih Seimbang
Berdasarkan penelitian ini, pemerintah perlu melakukan evaluasi dan penyesuaian tarif tol, terutama di Tol Trans-Jawa, untuk memastikan biaya logistik dapat lebih terjangkau.