Dalam kesempatan debat, Farrel secara tegas memaparkan kegagalan-kegagalan oleh bupati yang sekarang menjadi paslon lawannya, yakni Ubaid-Anjas, dari 22 program kerja yang dijanjikan, hanya 6 program kerja yang dieksekusi.
Namun, seakan merasa tersudut dan tertampar oleh data yang dipaparkan Farrel, Paslon lawan justru menjawab melihat gagal atau tidaknya harus menggunakan metodologi yang tepat. Dengan kata lain, paslon Ubaid-Anjas seakan meragukan data yang ada. Padahal masyarakat Halmahera Timur sudah semakin cerdas dan mempercayai data-data yang akurat.
Muhammad Farrel Adhitama datang dengan semangat yang berbeda. Ia adalah pemuda yang berani menentang pola lama yang hanya mengecewakan rakyat. Dalam pandangannya, potensi besar Halmahera Timur bukanlah untuk dieksploitasi tanpa batas, tetapi harus dikelola dengan bijaksana demi kemakmuran para manusianya.
"Farrel itu pemimpin yang cerdas," ungkap Ilham Marsaoly, seorang mahasiswa yang hadir dalam acara kampanye tersebut.
"Dia tra asal janji, tapi dia pung program-programnya itu pas deng jelas, lalu dia su sukses jadi pengusaha , artinya tra cari uang di politik, lalu yang paleng penting, dia dapa lia paleng paduli deng masyarakat, paling cocok jadi pemimpin perubahan," lanjut Ilham.
Kepedulian Farrel terhadap masyarakat memang menjadi poin utama yang membuatnya begitu dicintai. Empatinya terhadap persoalan yang dialami warga terasa dalam setiap penyampaian programnya. Tidak heran jika masyarakat menjuluki Farrel sebagai "Pemimpin perubahan."
Saat ditanya alasan di balik julukan tersebut, seorang warga menjawab, "Karena dulu kan perubahan selalu digerakkan sama anak-anak muda yang progresif toh. Ya, sapa lai kalau bukan dia (Farrel) pemimpinnya sekarang? Dia punya samua yang dibutuhkan buat bawa perubahan.
Alasan lainnya mengapa dukungan masyarakat begitu besar kepada Farrel adalah kekecewaan mendalam terhadap petahana. Selama periode sebelumnya, masyarakat merasa tidak ada perubahan yang signifikan. Janji-janji pembangunan yang diutarakan di awal kepemimpinan petahana tidak terealisasi dengan baik.
Baca Juga
"Kami sudah capek dengan janji-janji yang tidak ditepati," ujar seorang warga Desa Binagara Mahhyudin.
"Dulu kami dijanjikan ini itu… tapi kenyataannya nggak ada yang benar-benar terasa bagi kami." tambahnya.
Di tangan pemuda seperti Farrel, Halmahera Timur akan menemukan kembali jati dirinya sebagai daerah yang kaya akan potensi, dan akhirnya bisa memberikan kehidupan yang layak bagi setiap warganya. Berangkat dari semboyan “limabot faifiye”, waktunya seluruh masyarakat Halmahera Timur bersatu dan meyakini bahwa anak muda memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah keadaan menjadi lebih segar dibanding sebelum-sebelumnya. Jika terdapat seseorang yang mengkerdilkan kekuatan dan kemampuan anak muda, maka sesungguhnya ia tidak paham sejarah bangsa bahwa di tangan pemuda, sejarah perubahan sering kali menemukan jalan barunya.(*)