fin.co.id – S ejumlah wartawan yang meliput proses pemindahan belasan buaya dari penangkaran di Cianjur ke BKSDA Palembang, Sumatera Selatan, mengalami insiden tak terduga saat pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) meminta mereka untuk menghapus video hasil liputan.
Peristiwa tak terduga itu dibagikan oleh akun Instagram faktanyagoogle_official. Dalam rekaman video, seorang wanita yang diduga petugas BKSDA Cianjur, meminta kepada jurnalis untuk menghapus rekaman video.
"Dari mana Mbak?," tanya salah seorang jurnalis, terekam pada video di IG faktanyagoogle_official .
"Dari BKSDA," ujar wanita berkerudung hitam dan mengenakan seragam biru, sembari berusaha menunjukkan ID Card yang ia kenakan.
"Mohon maaf, dengan hormat hapus dulu videonya," ucap diduga petugas BKSDA tersebut.
"Ooo, minta hapus video Ibu?," ujar jurnalis.
Wanita petugas BKSDA itu pun menganggukkan kepala, meskitidak secara eksplisit mengiyakan pertanyaan jurnalis tentang maksudnya untuk menghapus video tersebut.
Baca Juga
"BKSDA mana Ibu?," kata Jurnalis lagi.
Wanita petugas BKSDA itu pun hanya terdiam dan menghela nafas, tanpa mampu menjawab pertanyaan jurnalis.
Wanita petugas BKSDA itu seperti gugup dan tidak tahu apa yang akan dilakukannya.
Ketegangan terjadi ketika para jurnalis berencana mewawancarai petugas BKSDA di lokasi. Permintaan penghapusan rekaman ini menimbulkan tanda tanya dan kekhawatiran mengenai transparansi informasi yang seharusnya disampaikan kepada publik.
BKSDA melakukan pemindahan buaya sebagai langkah untuk menjaga kesejahteraan satwa serta mengurangi potensi risiko bagi masyarakat setempat. Keputusan ini diambil setelah warga mengungkapkan kekhawatiran akan bahaya yang ditimbulkan oleh hewan reptil tersebut.
Kepala BKSDA Wilayah 1 Bogor, Diah Qurani, dikutip dari IG faktanyagoogle_official menjelaskan, "Hari ini kita akan menguras sedikit air yang ada di kolam penangkaran sementara di Cianjur dan menghitung serta mengangkut puluhan buaya. Kita akan pindahkan ke BKSDA Sumatera Selatan." Pemindahan ini bertujuan agar buaya-buaya dapat hidup dalam habitat yang lebih aman dan terkontrol.
Hingga saat ini, belum ada penjelasan resmi dari pihak BKSDA mengenai insiden yang melibatkan jurnalis tersebut. Para wartawan berharap kejadian ini tidak mengganggu proses peliputan dan transparansi informasi yang sangat penting bagi masyarakat.
Sementara itu, situasi ini memicu diskusi lebih luas tentang kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai isu-isu lingkungan dan konservasi. Diharapkan, pihak BKSDA dapat lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan media untuk mendukung peliputan yang informatif dan bertanggung jawab. (*)