Kontroversi Kepemimpinan Wasit dan Nasib Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia: Sekadar Ketidakadilan atau Pola Berulang?

fin.co.id - 11/10/2024, 08:54 WIB

Kontroversi Kepemimpinan Wasit dan Nasib Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia: Sekadar Ketidakadilan atau Pola Berulang?

Wasit Ahmed Abu Bakar Said yang menjadi pengadil lapangan pertandingan Bahrain vs Timnas Indonesia pada putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. (Sumber X)

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong saat protes terhadap keputusan wasit yang dianggap merugikan Timnas Indonesia. (Sumber X)

Kritik terhadap kepemimpinan wasit tak hanya muncul dari pertandingan ini. Dalam beberapa laga sebelumnya melawan Arab Saudi dan Qatar, Timnas Indonesia juga merasa diperlakukan tidak adil.

Apakah ini hanya kebetulan atau sebuah pola? Kecurigaan publik bahwa Indonesia selalu dirugikan ketika bertanding melawan negara-negara besar di kawasan Asia Barat semakin mencuat.

Ketiadaan penggunaan VAR untuk mengklarifikasi gol kedua Bahrain, yang menurut beberapa pengamat terindikasi offside, semakin memperkuat kesan bahwa ada ketidakberpihakan dalam keputusan wasit.

Keputusan wasit yang tidak memeriksa VAR setelah gol tercipta, namun langsung meniup peluit tanda pertandingan berakhir setelah kick-off, juga semakin memperburuk citra integritas laga tersebut.

Respons PSSI dan Pertanyaan Besar tentang Standar Fair Play

PSSI melalui anggota Exco, Arya Sinulingga, tidak tinggal diam. PSSI berencana mengirim nota protes resmi kepada AFC terkait kepemimpinan wasit yang dianggap berat sebelah. "Kami sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit. Seperti menambah waktu hingga Bahrain menciptakan gol," ujar Arya.

Namun, pertanyaan yang lebih mendalam harus diajukan: seberapa efektifkah protes ini? Mengingat sejarah panjang ketidakadilan yang sering kali diterima oleh Timnas Indonesia di kancah internasional, apakah hanya protes cukup untuk membawa perubahan? Ataukah, ini adalah tanda bahwa PSSI dan penggemar sepak bola Indonesia harus lebih vokal dan konsisten dalam menuntut standar fair play yang lebih ketat di level internasional?

Selain itu, perhatian perlu diberikan pada AFC dan FIFA sebagai pengawas turnamen. Apakah mereka benar-benar menerapkan standar keadilan yang sama untuk semua negara? Mengapa ketidakadilan ini sering kali terjadi pada negara-negara dengan pengaruh politik yang lebih kecil di dunia sepak bola?

Tantangan Selanjutnya: China dan Tekanan Psikologis

Setelah insiden yang memicu amarah para pendukung, Timnas Indonesia akan menghadapi tantangan besar melawan China pada pertandingan keempat Grup C di Qingdao, 15 Oktober mendatang.

Tekanan psikologis akibat ketidakadilan yang dirasakan di laga Bahrain mungkin berdampak pada performa para pemain.

Mampukah Timnas Indonesia bangkit dari kekecewaan ini dan menghadapi China dengan mentalitas yang kuat? Ataukah bayang-bayang ketidakadilan di pertandingan sebelumnya akan terus menghantui perjuangan mereka di kualifikasi ini?

Ini bukan hanya soal hasil pertandingan, tapi juga soal perjuangan melawan ketidakadilan di lapangan hijau yang selama ini kerap menimpa Timnas Indonesia. (*)

Sigit Nugroho
Penulis