Pakar: Sumber Gempa Bukan hanya Megathrust , Tapi Sesar Aktif

fin.co.id - 22/09/2024, 13:28 WIB

Pakar: Sumber Gempa Bukan hanya Megathrust , Tapi Sesar Aktif

BMKG mengungkap terjadi gempa bumi di wilayah Sukabumi, Jawa Barat pada Kamis, 14 Desember 2023

fin.co.id -  Pakar gempa, Prof. Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc. mengingatkan bahwa sumber gempa bukan hanya megathrust yang berada di pantai selatan Jawa saja.

Seperti halnya gempa bumi di Bandung pada Rabu, 18 September 2024 lalu yang berdampak cukup besar di sejumlah wilayah.

Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya gempa susulan hingga 33 kali.

“Kita seringkali berfokus pada potensi gempa dari zona subduksi di selatan (megathrust). Namun, gempa kali ini mengingatkan kembali bahwa sumber gempa lain juga bisa berasal dari sesar aktif di daratan,” tutur Irwan, dikutip 22 september 2024.

Untuk diketahui, gempa, baik akibat sesar maupun megathrust, merupakan hasil dari proses pergeseran tektonik yang ada di cincin api Indonesia.

Gempa sesar memiliki jarak yang lebih dekat dengan permukaan.

Tak ayal, gempa sesar dapat mengakibatkan kerusakan yang sana signifikannya dengan megathrust meski magnitudonya tak sebesar megathrust.

Selain itu, la mengingatkan untuk waspada terhadap adanya kemungkinan gempa susulan yang terjadi sebagai pelepasan sisa energi.

“Sebuah gempa akan diikuti dengan gempa susulan, hal ini mengindikasikan gempa melepaskan energi satu kali saja. Sisa energinya dilepaskan dalam energi susulan,” jelasnya.

Di samping itu, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) tersebut menekankan urgensi mitigasi gempa perlu memetakan kajian risiko yang lebih mendalam dan detail.

Hal ini dapat menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan, terutama untuk kebijakan tata ruang, baik dari segi infrastruktur, pemilihan lokasi, dan jalur evakuasi yang mempertimbangkan risiko gempa di suatu wilayah.

Kemudian, perlunya peningkatan literasi bencana bagi masyarakat, baik melalui jalan formal seperti pengadaan kurikulum, maupun jalur informal melalui komunitas.

“Saya percaya bangsa Indonesia punya modal untuk itu (mitigasi bersama), salah satunya dengan budaya kita gotong royong. Kita harus menanamkan bahwa dengan kemampuan yang kita miliki, dengan bersama-sama kita bisa melakukan upaya pengurangan resiko bencana,” pungkasnya.

Dalam hal ini, perlu kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dengan pendekatan yang terintegrasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas.

Hal ini, dinilai krusial dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi risiko gempa yang ada.

Khanif Lutfi
Penulis