fin.co.id - Aktivis pendidikan Ki Darmaningtyas mengungkapkan, joki tugas, terutama tugas akhir mahasiswa atau skripsi merupakan fenomena lama. Bahkan, jasa joki tugas sudah bermuculan sejak dekade 1980-an.
Hal ini menyebabkan adanya wacana dihapuskannya skripsi sebagai syarat kelulusan. "Wacana ini muncul karena pada saat itu ditemukan kasus jual beli skripsi," kata Ki Darmaningtyas kepada Disway Group, Jumat 26 Juli 2024.
Menurutnya, adanya fenomena jasa joki tugas terjadi karena adanya keharusan membuat skripsi sebagai syarat kelulusan program studi.
"Di sisi lain, kemampuan mahasiswa untuk menulis terbatas. Peluang ini ditangkap oleh orang yang 'kreatif' sebagai lahan bisnis, sehingga terbukalah peluang bisnis skripsi tersebut," katanya.
Promosi jasa joki yang kini marak di media sosial juga dulunya terjadi di media massa, yakni surat kabar.
"Sejak 1990-an, di koran-koran sering muncul iklan kolom yang menawarkan jasa konsultasi skripsi/tesis/disertasi," lanjut Darmaningtyas.
Jasa bimbingan atau jasa konsultasi ini menjadi kedok untuk pembuatan skripsi, tesis, ataupun disertasi.
Baca Juga
"Saat ini di kota besar, seperti Jakarta, jasa pembuatan skripsi dilakukan oleh dosennya, terutama di PTS," ungkapnya lagi.
Ia membocorkan, mahasiswa yang kuliah sambil kerja banyak yang skripsinya dikerjakan oleh dosennya.
"Hal ini karena dosennya juga perlu tambahan pendapatan, sedangkan mahasiswa ingin cepat lulus, maka terjadi hubungan simbiosis mutualisme, tarif minimal Rp5 juta," ujarnya.
"Memasang tarif di kisaran Rp3-4 juta, bisnis jasa ini tidak segan berpromosi melalui iklan surat kabar. Permintaan pun terus meningkat. Beberapa jasa pembuatan skripsi yang tempo datangi mengaku sampai kewalahan karena banyaknya permintaan," katanya.
Ia menilai bahwa semakin maraknya jasa joki tugas ini membuat pemerintah sulit melakukan penindakan karena sekarang mereka beriklan di media sosial.
"Pemerintah tidak mungkin melototi medsos setiap warganya untuk melihat apakah ada joki skripsi atau tidak. Kalau dulu mereka iklannya lewat iklan kolom di koran-koran sehingga mudah dilacak alamatnya.
"Itu pun masih ada hambatan kalau saat disidak tidak tertangkap tangan ada mahasiswa yang sedang pesan skripsi. Kalau toh tertangkap tangan, mereka juga bisa berkilah bahwa itu konsultansi skripsi," sambungnya.
(Ann)