News . 09/07/2024, 11:42 WIB
fin.co.id - Saya merasa beruntung, diutus oleh pengagas puisi esai Denny JA untuk mengikuti Festival Puisi Esei Antarbangsa ke-3 di Kota Kinabalu, mulai Jumat 7 - 9 Juni 2024 lalu.
Saya adalah peserta termuda dari rombongan Indonesia. Saya kira juga yang termuda dari yang membentangkan paparan di podium festival puisi internasional itu.
Saya datang tidak sendiri, melainkan bersama lima orang lainnya dari Jakarta. Mereka adalah Sekjen Komunitas Puisi Esai ASEAN yang juga penyair ternama Fatin Hamama, sastrawan kawakan Agus R. Sarjono, wartawan senior yang juga dosen Jonminofri Nazir, seniman dan aktivis Bambang Isti Nugroho, serta Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK) Dr. Yundini Husni Djamaluddin.
Kami datang ke Sabah sebagai delegasi dari Komunitas Puisi Esai. Ini adalah sebuah komunitas yang ikut mengembangkan sebuah genre baru dalam sastra yang memadukan puisi dan esai yang disebut puisi esai tadi.
Kedatangan kami saat itu adalah untuk menghadiri kegiatan yang lengkapnya bernama “Festival Kesusasteraan, Kesenian dan Puisi Esei Antarbangsa Sabah ke-3” yang digelar di Dewan Bahasa dan Pustaka, Cawangan, Sabah. Acara resminya berlangsung tanggal 5-9 Juni 2024.
Memang ada sedikit perbedaan huruf antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Malaysia. Di Indonesia disebut puisi esai, di Malaysia disebut puisi esei. Namun hal itu tidak mengubah esensi dari puisi esai itu sendiri.
Maklum, antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Malaysia ada perbedaan tipis, kendati kosataka keduanya sering mirip.
Festival ini diselenggarakan oleh Kementerian Pelancongan Seni dan Budaya Malaysia (MOTAC), Kerajaan Negeri Sabah, Badan Bahasa dan Sastra Sabah (BAHASA), Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Cawangan Sabah, serta Komunitas Puisi Esai ASEAN.
Bagi saya, ikut festival ini adalah pengalaman pertama. Saya banyak menarik manfaat dari kegiatan ini. Karena, festival diisi dengan rangkaian kegiatan yang mampu menggairahkan semangat literasi. Seminar tentang puisi esai, bahasa dan sastra, menambah wawasan saya tentang kesusastraan.
Selain itu, saya juga menikmati tontonan yang disajikan di atas panggung. Misalnya, seperti pembacaan puisi, pertunjukkan teater pendek, dan juga musik. Siswa dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menampilkan teater yang naskahnya berasal dari puisi esai berjudul “Sapu Tangan Fang Yin”. Saya terhibur sekali karena adik-adik dari sekolah Indonesia itu mampu menerjemahkan bahasa puisi ke bahasa panggung.
Total peserta yang berjumlah ratusan orang merasa terhibur dari sajian yang diberikan dari atas panggung. Mereka datang dari beragam latar belakang profesi, usia, dan kewarganegaraan. Termasuk di antara mereka adalah akademisi, budayawan, sastrawan, seniman, dan pelajar.
Mereka datang dari Indonesia, Brunei, dan tentu saja dari berbagai negara bagian Malaysia: Kuala Lumpur, Serawak, Johor, dan lainnya.
Karena keenam dari kami datang sebagai delegasi Komunitas Puisi Esai dari Indonesia, maka peran kami selain menjadi peserta di festival itu, juga sebagai pembicara dan pengisi acara.
Masing-masing dari kami membawakan materi yang berbeda mengenai Puisi Esai. Saya sendiri membawakan tema "Pengalaman penulis muda menulis Puisi Esai".
Saat menghadiri festival tersebut, saya berdecak kagum melihat puisi esai dibahas oleh sejumlah sastrawan, budayawan, dan akademisi. Mereka bukan hanya berasal dari Indonesia, melainkan juga dari Malaysia dan Brunei.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com