![](https://fin.co.id/assets/img/banner19.png)
fin.co.id- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membantah kabar yang menyebut, dua perusahaan besar di Eropa, yakni BASF asal Jerman dan Eramet dari Prancis, batal investasi di proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
Kabar yang beredar bahwa dua perusahaan itu rencananya berinvestasi senilai 2,6 miliar dolar AS, pada proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Namun batal.
Bahlil mengatakan, dua perusahaan itu bukan mencabut atau membatalkan rencana investasinya, tapi menunda.
"Kemarin saya baru dapat kabar itu. Sementara (investasinya) bukan dicabut, tapi dipending sementara," kata Bahlil, Kamis malam 27 Juni 2024.
Baca Juga
- Kementerian PUPR Tuntaskan Pembangunan Jalan Simpang Holat - Ohoiraut di Pulau Kei Besar dan Pulau Buru
- Harga Emas Antam Hari ini (30/6), Stagnan di Rp 1.365.000 per gram
Dia mengaku bahwa pihaknya saat ini sedang berkomunikasi terhadap kedua perusahaan tersebut.
Menurutnya, kedua perusahaan itu menunda investasinya akibat turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa.
"Karena daya beli masyarakat terhadap EV (electric vehicle) mobil listrik di Eropa lagi turun. Jadi, pasarnya pun sekarang lagi turun karena kompetisi dengan mobil-mobil dari negara lain," kata Bahlil.
Bahkan, menurut Bahlil, penurunan pasar penjualan mobil listrik bukan hanya terjadi di Eropa, juga terjadi di AS.
"Dan Amerika juga sekarang lagi lesu pasarnya. Oleh karena lagi lesu, maka permintaan terhadap baterainya itu berkurang," ungkap Bahlil.
Baca Juga
- Program BSPS Wujudkan Hunian Layak Bagi Keluarga Indonesia
- Pemerintah Pastikan Harga BBM Non Subsidi Tidak Ada Kenaikan Pada Juli 2024
Ia juga memastikan bahwa hingga saat ini kedua perusahaan raksasa tersebut belum mencabut rencana investasinya di Indonesia.
"Oh nggak (mereka belum mencabut), kita masih dalam negosiasi dalam pembicaraan," katanya.
Lebih lanjut Bahlil menambahkan, tidak ada kekhawatiran terhadap investor asing lainnya akibat dua perusahaan tersebut melakukan penundaan investasi.
"Ini cuma persoalan komoditas mobil listriknya di Eropa sama Amerika aja yang turun. (Kalau) semuanya jalan kok, Korea, Jepang, China nggak ada masalah, nggak ada isu," kata Bahlil. (*)