Ekonomi

Jutaan Pekerja Masih Digaji 5 Juta Per-bulan, Bhima Yudhistira: Bisa Menghambat Indonesia Jadi Negara Maju 2045!

fin.co.id - 23/06/2024, 07:09 WIB

Ilustrasi - Pekerja sektor formal di Indonesia (net)

fin.co.id - Fakta mengejutkan diungkap Bappenas. Dari riset yang dilakukan, terungkap bahwa sejak Juni 2024 ini, ada sebanyak 40 juta pekerja di Indonesia yang berpendapatan sebesar Rp 5 juta per-bulan. Jumlah tersebut dinilai tidak seberapa dengan kebutuhan para pekerja, terlebih bagi mereka yang juga masih harus membiayai keluarganya.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, mengatakan saat ini terdapat 10 juta orang Indonesia berpendapatan di atas Rp23 juta, dengan jumlah anggota keluarga lebih sedikit dibandingkan kelompok 40 juta pekerja dengan gaji terbawah.

"Kalau kelompok yang 10 persen, 10 juta orang dengan pendapatan di atas Rp 23 juta dan keluarganya lebih sedikit. Jadi lebih kaya, jumlah anggota household, rumah tangganya bisa di bawah 3 orang," kata Suharso, dikutip Minggu 23 Juni 2024.

Sementara itu menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, jika masalah ini tak kunjung diselesaikan, maka hal ini akan menghambat cita-cita Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.

Baca Juga

"Ini hanya sekedar impian pepesan kosong selama masih banyak kelas menengah yang masuk kategori sangat rentan," ujar Bhima.

Sementara itu, visi Indonesia Emas 2045 mencakup lima aspek, yaitu pendapatan per kapita setara negara maju, kemiskinan menuju 0%, peningkatan kepemimpinan dan pengaruh internasional, peningkatan daya saing SDM, dan penurunan emisi gas rumah kaca menuju emisi nol bersih.

Namun menurut Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, ia masih mempertanyakan apakah ndonesia memiliki kompetensi untuk mencapai visi tersebut, terutama dalam meningkatkan kepemimpinan internasional dan daya saing SDM.

"Indikator capaian RPJPN mencatat bahwa beberapa target ambisius belum terwujud. GINI per kapita, kontribusi PDB maritim, peringkat GPI, indeks rasio gini, kontribusi Kawasan Indonesia Timur, dan Human Capital Index, semuanya menunjukkan target yang masih sangat menantang. Target kemiskinan menuju 0% juga sangat tidak tepat, mengingat tingkat kemiskinan saat ini masih 9,36%," jelas Tauhid. (BIA)

Baca Juga

Sigit Nugroho
Penulis
-->