fin.co.id- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana memblokir media sosial X atau yang dulunya Twitter.
Penyebabnya, platform milik Elon Musk itu kini mengizinkan pengguna mengunggah konten dewasa atau porno.
Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan, pihaknya akan menyurati X. Dia mengklaim, telah menurunkan ribuan konten porno dari platform tersebut.
"Pasti yang diblokir X-nya kan saya nggak bisa blokir di dalam. Pada saat kita menemukan konten pornografi kita bersurat itu ada konten pornografi tolong di take down, itu sudah ratusan ribu yang di X itu, yang kita temukan banyak sekali, paling banyak di sana memang," ujar Samuel.
Samuel mengatakan, pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu kebijakan X yang membolehkan pengguna unggah konten dewasa.
"Ini kita langsung kaji, mungkin kita surati dengan segera. Pasti diblokir ini. Kalau sudah membolehkan kayak gini. Makanya kita pelajari ininya," ujarnya.
Selain itu, Semmy juga mengingatkan pengguna X untuk mempersiapkan diri pindah platform lainnya.
Baca Juga
"Jadi sekali lagi kalau X tidak comply ya X nya ditutup. Penggunanya mohon maaf mulai siap-siap migrasi aja ke yang lainnya atau paling enggak mungkin bisa men-trigger kita untuk membuat sendiri, kan mumpung lowong nih," katanya.
Sebelumnya, platform media social milik Elon Musk, X (Twitter) secara resmi mengizinkan pengguna untuk mengunggah konten porno.
Mulanya, platform yang dulunya dikenal sebagai Twitter ini mengizinkan pengguna untuk berbagi konten seksual selama konten tersebut bersifat suka sama suka dan diberi label yang jelas.
Namun, kebijakan tersebut diperbaharui dengan mengizinkan pengguna berbagi kontan porno secara bebas.
Kebijakan yang direvisi, yang diperbarui pada akhir pekan lalu menyatakan bahw:a “pengguna harus dapat membuat, mendistribusikan, dan mengonsumsi materi yang berkaitan dengan tema seksual selama materi tersebut diproduksi dan didistribusikan atas dasar suka sama suka”.
“Ekspresi seksual, baik visual maupun tertulis, dapat menjadi bentuk ekspresi artistik yang sah,” katanya.
“Kami percaya pada otonomi orang dewasa untuk terlibat dan membuat konten yang mencerminkan keyakinan, keinginan, dan pengalaman mereka sendiri, termasuk yang berkaitan dengan seksualitas.”
Namun, kebijakan ini akan dibatasi bagi pengguna anak-anak dan orang dewasa yang memilih untuk tidak melihatnya di pengaturan akun. (*)