Viral

All Eyes on Papua Menggema di Media Sosial, Apa Artinya ?

fin.co.id - 03/06/2024, 15:11 WIB

Istilah All Eyes on Papua yang menggema di media sosial

All Eyes on Papua Menggema di Media Sosial, Apa Artinya ? 081626

All Eyes on Papua Menggema di Media Sosial, Apa Artinya ? 081626

All Eyes on Papua Menggema di Media Sosial, Apa Artinya ?
All Eyes on Papua Menggema di Media Sosial, Apa Artinya ? 081626

FIN.CO.ID - Istilah All Eyes on Papua menjadi sorotan setelah viral di media sosial dan banyak kaum netizen menyuarakan hak masyarkat Papua, lantas apa artinya?

Banyaknya warga netizen mengunggah All Eyes on Papua yang artinya 'Semua mata tertuju pada Papua'. Istilah ini bertebaran dna menjadi trending topic di platform sosmed X.

Dalam poster yang bertebaran di media sosial memperlihatkan sebuah mata yang bergelinang air mata dan dibaluti warna hitam putih. Selain itu terdapat tulis 'All Eyes on Papua,'.

Warga netizen menyuarakan hal tersebut karena hutan Papua telah digunduli oleh pihak petinggi untuk perkebunan  sawit. Masyarakat adat di Papua saat ini sedang memperjuangkan hak mereka atas hutan adat.

Baca Juga

"Berhenti merampas tanah kami," tulis dari netizen pada Senin, 3 Juni 2024.

"Dari sini kita akan paham bahwa saudara kita di Indonesia dimiskinkan oleh para pejabat, petinggi rakus yg isi otaknya bisnis semua. Sacrificing forests for oil palm plantations is a selfish and inhumane act. DON’T STOP TALKING ABOUT PAPUA!!," ujar netizen lainnya.

Senin kemarin masyarakat adat awyu papua demo di depan gedung Mahkamah Agung. Mereka sedang memperjuangkan hak-hak mereka, hutan adat tempat mereka tinggal bakalan kena gusur buat dijadiin kebun sawi. Please focus on them too. #Alleyesonpapua #Alleyesonpapua,” tulis netizen

Lantas apa itu arti All Eyes on Papua?

All eyes on Papu menyuarakan konflik lahan yang sedang terjadi di Papua. Masyarakat adat Marga Morog dan Suku Awyu didampingi oleh Koalisi Selamatkan Hutan Adat Papua menggugat izin lingkungan kebun sawit PT Indo Asiana Lestari (PT IAL).

Baca Juga

Masyarakat adat Papua Barat menolak dengan tegas rencana pembabatan hutan seluas 36 ribu hekat tersebut.

Apabila proyek tersebut terlaksana, hutan ada yang selama ini merupakan sumber penghidupan bagi mereka akan hilang, kehidupan mereka terancam.

Yayasan Pusaka Bentala Rakyat melalui laman petisi chang.org sejak 2 Maret 2024. Mengajak orang menandatangani petisi pencabutan izin sawit PT IAL.

Melalui petisi ini dijelaskan bahwa menghilangkan hutan alam dengan luas separuh Jakarta adalah sebuah bencana.

Hilangnya rimba Papua untuk proyek perkebunan sawit PT IAL akan menghilangkan emisi 25 juta toc COW.

Jumlah emisi tersebut sama dengan menyumbang 5 persen dari tingkat emisi karbon tahun 2030.  Dampaknya tentu tidak hanya Papua namun seluruh dunia.

Pada 27 Mei 2024, Masyarakat Papua Barat Awyu dan Moi melakukan demo di depan gedung Mahkamah Agung (MA). Aksi ini menggunakan baut adat sembari meluapkan penolakan atas izin perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Ari Nur Cahyo
Penulis
-->