![](https://fin.co.id/assets/img/banner19.png)
"Saya tidak pakai perhitungan. Saya telpon langsung kepada Allah Taala," kata Mbah Benu.
Pengakuan Mbah Benu beredar luas di media sosial dan menuai perbincangan hangat.
Mengenai pernyataan tersebut, Mbah Benu memberikan klarifikasi soal pernyataanya. Hal yang dimaksud 'menelpon Allah SWT' hanya istilah.
"Terkait pernyataan saya tentang istilah menelpon Allah SWT, itu hanya istilah," Terang mbah Benu dari akun X @merapi_uncover pada Sabtu, 6 April 2024.
Yang dimaksud Mbah Benu soal pernyataannya adalah perjalanan spiritual saya dengan Allah SWT.
"Yang sebenarnya adalah, Perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT," terangany.
Mbah Benu meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas pernyataannya yang telah menyinggung berbagai pihak.
BACA JUGA:
- Tanpa Sidang Isbat! Jamaah Islam Masjid Aolia Gunungkidul Laksanakan Tarawih dan Puasa Ramadhan Hari Ini
- Niat Salat Tarawih: Sendiri dan Berjamaah
MUI Sebut Jamaah Aolia Tidak Sesuai Ajaran Islam
Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara soal jamaah Aolia yang telah melakukan Idul Fitri duluan pada Jumat 5 April 2024.
Padahal pemerintah baru akan melakukan Rukyatul hilal pada tanggal 9 April 2024. Sehingga lebaran diprediksi digelar bersama pada tanggal 10 April 2024.
Ketua MUI bidang dakwah, KH Cholil Nafis mengatakan, jamaah Aolia tidak benar. Terlebih lagi, pimpinan Jamaah Aolia yang biasa dipanggil Mbah Benu mengaku sudah telepon dengan Allah SWT.
"Jamaah Aolia yang syawal duluan di Jogja itu yang tidak bener. Pertama masa bisa teleponan sama Allah, masa ada pulsanya. Tidak bener" kata KH Nafis Cholil pada Sabtu 6 April 2024.
Nafis mengatakan, cara menentukan 1 syawal oleh Jamaah Aolia tidak sesuai dengan ajaran Islam. "Menentukan dengan cara tanpa ilmu syariat. Itu juga tidak bener" katanya.
Dia menyebut, jamaah Aolia dari segi Islam sama sekali tidak ada benernya. KH Nafis menduga Jamaah Aolia masih kuno dalam praktik beragama.
"Oleh karena dari aspek agama, ajaran dari aspek mana pun dalam Islam, Mbah Banu yang di Jogja itu tidak benar. Oleh karena itu mereka mungkin masih kuno. Cara-cara kuno yang masih dipercaya" katanya.