FIN.CO.ID- Lebih dari 100 orang tewas dalam serangan Israel di kota Rafah, selatan Jalur Gaza, pada Senin 12 Februari 2024.
Israel menggempur Kota Rafah tanpa henti dengan serangan udara besar-besaran.
Para jurnalis dan saksi AFP mendengar serangkaian serangan dan melihat asap mengepul di atas kota yang penuh sesak dengan pengungsi itu.
Wilayah Rafah terletak di perbatasan Gaza dan Mesir. Daerah tersebut di mana Israel memaksa warga sipil untuk mengungsi ke tempat itu, Otoritas Israel mengatakan bahwa itu merupakan zon aman. Namun kini justru dibombardir zionis. Tercatat korban tewas di Rafah mencapai 100 orang lebih.
BACA JUGA:
- Israel Ingin Perpanjang Agresi Militer di Gaza Palestina, Ini Tanggapan Hamas
- Malaysia Kutuk Serangan Besar-besaran Israel ke Kota Rafah di Gaza
Warga Palestina berlindung ke wilayah Rafah ketika Israel menggempur wilayah lainnya sejak 7 Oktober.
Serangan-serangan Israel telah menewaskan lebih dari 28.000 orang dan menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Hamas Kutuk Serangan Israel di Rafah
Kelompok Palestina Hamas mengatakan bahwa serangan Israel di kota Rafah, Gaza selatan merupakan lanjutan tindakan dari genosida dan pemindahan massal oleh pasukan negara Zionis tersebut.
Menurut sumber-sumber Palestina di tengah protes keras internasional atas rencana serangan darat Israel.
"Serangan itu menegaskan bahwa pemerintah Netanyahu mengabaikan keputusan Mahkamah Internasional, yang memerintahkan tindakan mendesak untuk menghentikan tindakan yang mengarah ke genosida," kata pemimpin Hamas Azat al-Rashq di Telegram.
BACA JUGA:
- Operasi Serangan Darat ke Rafah, Israel Siapkan Tentara Cadangan
- Menlu Iran Hossein Amirabdollahian: Israel Akan Tenggelamkan Amerika dalam 'Rawa Peperangan'
Dia mengatakan pemerintah Joe Biden, bersama pemerintahan Benjamin Netanyahu, bertanggung jawab penuh atas pembantaian tersebut.
Rashq meminta masyarakat internasional untuk segera menghentikan serangan dan kejahatan Israel terhadap warga sipil.
Warga Palestina mengungsi ke Rafah ketika Israel menggempur wilayah kantong lainnya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.
Pengeboman tanpa henti telah menewaskan lebih dari 28.000 orang dan menyebabkan kehancuran massal, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan dasar.