Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPTJ Suharto saat meninjau Skybridge Bojonggede, mengatakn dengan menata angkutan umum masuk ke terminal, maka membuat penumpang KRL lebih mudah dalam menjangkau stasiun.
Terlebih, dengan tersedianya tempat parkir kendaraan pribadi di dekat skybridge.
"Sehingga saya punya prediksi akan lebih banyak penumpang yang naik KRL. Saya belum bisa melihat berapa persen persentasenya," ujarnya.
Suharto mengungkapkan, Stasiun Bojonggede saat ini menjadi stasiun terpadat ketiga di Indonesia setelah Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Kota Bogor dengan rata-rata 65.000-70.000 penumpang per hari.
Menurut dia, Skybridge menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mengurai kemacetan yang kerap terjadi di Jalan Raya Bojonggede akibat kepadatan di Stasiun Bojonggede.
"Ini (skybridge) menjadi integrasi yang memberikan kenyamanan dan keamanan masyarakat yang akan menggunakan angkutan kereta," tutup Suharto.
BACA JUGA: Belum Banyak yang Tahu, Ternyata Ini Perbedaan KRL, LRT dan MRT
BACA JUGA:Update Jadwal Kereta Cepat Whoosh, KCIC Tambah 36 Perjalanan Sehari
Pembangunan Proyek Skybridge
Direktur Prasarana BPTJ Jumardi mengatakan dengan Keberadaan jembatan layang atau Skybridge tersebut diharapkan dapat mengurangi kesemrawutan kondisi lalu lintas di sekitar Stasiun Bojonggede seperti yang terjadi selama ini.
Jumardi juga mengatakan Stasiun Bojonggede merupakan salah satu stasiun kereta di Jabodetabek dengan jumlah penumpang komuter terpadat.
"Sehari hari sebelum pandemi bisa dipadati penumpang KRL hingga 65.000 orang atau 1,86 juta orang/bulan, terpadat ketiga setelah Stasiun Bogor dan Stasiun Bekasi," jelas Jumardi.
Dengan jumlah penumpang yang sedemikian padat, ternyata Stasiun Bojongede belum didukung dengan lingkungan yang teratur di sekitarnya.
Perpindahan moda penumpang KRL dari angkot, kendaraan pribadi maupun ojek ke stasiun dilakukan di sembarang tempat sehingga selalu menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan yang dinilai parah pada jam sibuk.
Jumardi berharap adanya jembatan layang (Skybridge) akan memudahkan penataan perpindahan moda, sehingga angkot cukup berhenti di terminal dan penumpang yang akan berlanjut naik KRL dapat mengakses jembatan layang menuju stasiun.