"Kita harus berusaha mengatasi krisis saat ini dan bergerak ke arah rencana perdamaian yang kredibel dan serius. Tidak ada alternatif yang berkelanjutan selain menghidupkan kembali solusi dua negara,” kata Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, yang berbicara atas nama Arab Saudi, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Liga Arab.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares menyusun kerangka kerja yang diharapkannya bisa disetujui oleh semua negara anggota yang hadir.
Kerangka kerja yang diusulkan Albares mencakup upaya-upaya mengakhiri pertumpahan darah dan memastikan Jalur Gaza diserahkan kembali kepada Otoritas Palestina ketika perang di Gaza berakhir.
BACA JUGA:
- Ini Poin-Poin Penting Kesepakatan Gencatan Senjata Antara Hamas dan Israel
- Tentara Israel Dilaporkan Curi Jenazah dari RS Al-Shifa
Albares mengharapkan perundingan damai yang pasti bisa segera diadakan sehingga masyarakat internasional bisa mendukung agenda tersebut.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menegaskan pilihannya atas perdamaian yang mengartikan negaranya tidak berpihak.
"Perdamaian yang kita cari harus memenuhi hak warga Palestina atas kebebasan dan kenegaraan, dan harus bisa menjawab masalah legitimasi Israel," kata Safadi.
UfM didirikan 15 tahun lalu setelah Perjanjian Oslo dengan semangat perdamaian dan kemakmuran bersama untuk kawasan Mediterania.
“Saat ini realitasnya sudah jelas, bahwa mencapai integrasi dan kerja sama kawasan yang nyata dan efektif hanya dapat dicapai melalui perdamaian yang adil dan abadi bagi Palestina, Israel, dan seluruh kawasan, berdasarkan solusi dua negara," kata Sekretaris Jenderal UfM Nasser Kamel.
Israel, salah satu anggota pendiri UfM, tidak mengirimkan perwakilannya dalam pertemuan yang berlangsung Senin itu. (*)