Apa kata Guru Besar Esa Unggul Tentang Hari Rabies Sedunia 2023

fin.co.id - 28/09/2023, 08:26 WIB

Apa kata Guru Besar Esa Unggul Tentang Hari Rabies Sedunia 2023

Apa kata Guru Besar Esa Unggul Tentang Hari Rabies Sedunia 2023

JAKARTA - Hari Rabies Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 28 September. Pada tahun ini merupakan Hari Rabies Sedunia yang ke-17. Adapun tema peringatan Hari Rabies Sedunia tahun 2023 adalah “All for One, One Health for All”. 

Lantas bagaimana tentang Hari Rabies Sedunia tahun 2023 yang merupakan salah satu aspek penting dalam bidang kesehatan ini, kenapa tema tersebut yang dipilih, bagaimana sejarahnya dan apa bahaya panyakit rabies pada manusia, berikut ini rangkuman hasil perbincangan dengan Prof. Maksum Radji, Gurubesar Mikrobiologi, Prodi Farmasi FIKES, Universitas Esa Unggul Jakarta. 

Menurut Prof. Maksum, Hari Rabies Sedunia ini diperingati setiap tahunnya sejak tahun 2007 yang lalu. Tanggal 28 September dipilih guna memberi penghormatan kepada Louis Pasteur, dimana ilmuan Perancis ini meninggal pada tanggal 28 September 1895. 

“Louis Pasteur adalah penemu vaksin rabies, dan berkat penemuannya tersebut diyakini bahwa hingga saat ini telah banyak menyelamatkan nyawa manusia dari ancaman penyakit rabies di seluruh dunia”, ungkapnya.

Tema dan makna Hari Rabies Sedunia tahun 2023

Menurut Prof. Maksum penyakit rabies adalah salah satu penyakit yang paling mematikan. Tema yang dipilih untuk tahun 2023 adalah “Semua untuk 1, Satu Kesehatan untuk Semua”. Tema ini dipilih guna meningkatkan kepedulian dan kerjasama masing-masing pemangku kepentingan lintas sektoral dan lintas multidisiplin untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan penyakit rabies.

Dengan melansir laman https://rabiesalliance.org/world-rabies-day Prof. Maksum menambahkan bahwa peringatan hari rabies sedunia ini menjadi momen penting guna meningkatkan kesadaran tentang penyakit infeksi yang mematikan ini, mengingat bahwa efek yang ditimbulkannya tidak hanya pada hewan, tapi juga pada manusia yang tertular. Dipilihnya tema ini merupakan langkah penting untuk lebih fokus pada kolaborasi, kesetaraan, dan penguatan sistem kesehatan. Tema ini juga berarti bahwa menjadi tanggung jawab semua orang untuk memberantas rabies. 

“Tema ini menekankan akan pentingnya kesetaraan, memperkuat sistem kesehatan secara keseluruhan dengan memastikan bahwa One Health bukan hanya diperuntukkan bagi segelintir orang saja, melainkan sesuatu yang harus tersedia bagi semua orang. Dengan berkolaborasi dan menggabungkan kekuatan lintas sektoral, serta melibatkan masyarakat dan berkomitmen untuk bekerja sama agar One Health tersedia bagi semua”, urainya

Epidemiologi Rabies

Menurut Prof. Maksum, Hari Rabies Sedunia yang ditetapkan oleh Global Alliance for Rabies Control (GARC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tanggal 28 September, adalah guna mempromosikan upaya melawan penyakit rabies dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya pencegahannya. Penyakit rabies tersebar luas di semua benua, kecuali Antartika. Penyakit ini terjadi di lebih dari 150 negara di seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi di negara berkembang.

“Rabies merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, yang angka kematiannya mendekati 100%. Rabies merupakan penyakit endemik di berbagai belahan dunia yang setiap tahunnya mengakibatkan sekitar 60.000 orang meninggal di seluruh dunia, dimana 40% di antaranya adalah anak-anak”, paparnya”. 

Dengan melansir data dari Kemenkes RI, Prof Maksum menambahkan bahwa di Indonesia, sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari gigitan anjing yang terinfeksi. Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 8 provinsi bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sedangkan 26 provinsi lainnya masih endemis rabies. Kasus infeksi dan kematian akibat rabies di Indonesia pada periode Januari hingga Juni 2023 terus meningkat. Kasus ini bahkan sempat ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) rabies di sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hingga April 2023 dilaporkan terdapat 11 kasus kematian akibat rabies, dimana 95% kasus rabies tersebut disebabkan oleh gigitan anjing.

Patogenesis Rabies

Prof. Maksum menjelaskan bahwa Rabies disebabkan oleh virus RNA dari famili Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus. Cara penularan virus rabies ini umumnya masuk ke tubuh manusia melalui cakaran, gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies, serta daei jilatan hewan yang terinfeksi pada mulut, mata, atau luka terbuka. Rabies seringkali ditularkan melalui gigitan anjing. Namun, hewan mamalia lainnya seperti kucing, kera, kelelawar, serigala, rubah dan tupai juga dapat terinfeksi rabies yang dapat menularkannya pada manusia. 

“Patogenesis virus rabies ini terdiri dari 2 fase yaitu fase inkubasi dan fase masuknya virus ke dalam otak. Virus rabies yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui luka gigitan atau cakaran hewan terinfeksi, akan bereplikasi dalam jaringan otot di daerah luka. Pada fase ini Micro-ribonucleic acid endogen otot akan terikat pada proses transkripsi genom virus dan membatasi sintesis protein virus sedemikian rupa sehingga virus rabies ini tidak terdeteksi oleh antigen-presenting cells (APC) pada sistem kekebalan tubuh, sehingga virus rabies dapat bereplikasi dengan cepat. Virus rabies ini kemudian terikat pada motor neuron junctions pada reseptor asetilkolin nikotinik sehingga mempengaruhi kinerja dari sistem saraf motorik. Selanjutnya, virus secara cepat masuk melewati akson motorik dan sinaps kimia menuju ganglia dan radiks neuron dan masuk ke dalam ganglion spinalis, sehingga akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf”, jelasnya.

Admin
Penulis