Pada pukul 5 pagi, peringatan hujan lebat dikeluarkan di daerah pedalaman selatan Provinsi Gangwon, provinsi Chungcheong, wilayah selatan dan Pulau Jeju. Wilayah pesisir Jeolla Selatan dan provinsi Gyeongsang Selatan telah diperkirakan mengalami hujan lebat hingga 30 milimeter perjam.
Selama dua hari ke depan, wilayah selatan Korsel, pusat Provinsi Chungcheong dan Pulau Jeju diperkirakan mengalami curah hujan antara 50 mm-200 mm, sedangkan wilayah Seoul yang lebih luas diperkirakan mengalami hujan antara 5 mm-60 mm, kata badan cuaca.
Peringatan tanah longsor di seluruh negeri, kecuali di Pulau Jeju, juga telah ditingkatkan ke tingkat "gawat" tertinggi.
Tak Ada Korban WNI
Sementara itu, Kedutaan Besar RI di Seoul mengatakan hingga saat ini tidak terdapat informasi adanya WNI yang menjadi korban meninggal, hilang ataupun yang diungsikan akibat bencana di Korea Selatan.
BACA JUGA:
- Pemberontakan Tentara Bayaran Wagner di Rusia, KBRI Moskow Minta WNI Waspada
- Selama Enam Bulan, Imigrasi Soetta Tunda Keberangkatan 2.486 WNI ke Luar Negeri
"Hingga hari ini (Minggu) tercatat 35 korban meninggal, 10 orang dinyatakan hilang dan 7.866 orang dari 13 kota diungsikan ke tempat-tempat penampungan sementara dan sejauh ini tidak ada korban WNI," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha melalui pesan singkat, Minggu, 16 Juli 2023.
Sementara itu, KBRI Seoul terus berkoordinasi dengan otoritas setempat dan kelompok komunitas Indonesia melalui Tim Gerak Cepat (Gercep) yang berada di setiap kantung-kantung WNI.
KBRI Seoul juga telah mengimbau agar WNI di Korea Selatan lebih waspada, selalu memantau situasi melalui informasi resmi otoritas setempat dan media serta segera menghubungi hotline KBRI Seoul pada nomor 010-5394-2546 jika mengalami situasi darurat. Imbauan yang sama juga disampaikan melalui aplikasi Safe Travel Kementerian Luar Negeri RI.
Berdasarkan data imigrasi Korea per 31 Mei, WNI dengan visa tinggal di Korea Selatan dengan waktu lebih dari setahun mencapai 47.304 orang.
Jumlah tersebut terdiri atas pekerja migran, pelajar dan mahasiswa, profesional dan WNI yang menikah dengan warga setempat.