JAKARTA, FIN.CO.ID - Pasar non tradisional seperti Bulgaria, Lithuania, Slovenia, dan negara-negara Eropa Timur lainnya menjadi incaran untuk meningkatkan ekspor produk kayu Indonesia ke Uni Eropa.
Produk kayu yang diekspor pun akan diperluas termasuk pelet dari biomassa kayu selain produk konvensional seperti kertas, panel dan furnitur.
Demikian mengemuka pada pertemuan “Sosialisasi Peluang dan Tantangan Ekspor Produk Kehutanan di Eropa” yang diselengarakan oleh Kementerian Luar Negeri secara hybrid, Senin 30 Januari 2023.
Hadir pada kesempatan itu Duta Besar Indonesia untuk Belgia merangkap Luxemburg dan Uni Eropa Andri Hadi dan Deputy Chief of Mission KBRI Brusel Sulaiman Syarif, serta Perwakilan Republik Indonesia di seluruh Negara Eropa.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengungkapkan berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ekspor Indonesia ke UE menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2022 lalu.
“Nilainya mencapai 1,27 miliar dolar AS, naik sebesar 8% secara year on year dibanding tahun 2021,” kata Indroyono.
Pasar UE sesungguhnya sangat besar. Valuasinya diperkirakan bisa mencapai 51 miliar dolar AS per tahun. Negara-negara maju yang secara tradisional merupakan konsumen kayu seperti Belanda, Belgia, Jerman, plus Inggris menjadi pasar utama.
Meski demikian pada tahun 2022 lalu, terdapat fenomena menarik berupa meroketnya permintaan produk kayu Indonesia di negara-negara kawasan Eropa Timur. Di Bulgaria ada kenaikan hingga 110%, Kroasia 400%, Lithuania 127%, dan Slovakia 768%.
Meski nilainya masih jauh dibandingkan dengan negara yang menjadi pasar tradisional, namun pertumbuhan itu menunjukkan hal yang luar biasa. Indroyono mengatakan, pertumbuhan di negara pasar non tradisonal adalah peluang demi peningkatan ekspor di tengah tantangan perekonomian tahun 2023.
“Jadi ada Negara-negara yang growth-nya tinggi banget. Kalau bisa didapat rumusannya tentu luar biasa,” katanya.
Informasi dari KBRI di Bratislava, kenaikan permintaan produk kayu di Slovakia karena Negara tersebut sedang gencar membangun apartemen sehingga butuh banyak produk kayu sebagai material bangunan. Di sisi lain, pasokan produk kayu yang selama ini diperoleh dari Polandia juga berkurang. Produk kayu Indonesia dijadikan pilihan juga dikarenakan memiliki harga yang kompetitif selain karena kualitas yang baik.
Fenomena lain yang terjadi dari catatan ekspor tahun 2022 adalah kenaikan permintaan untuk produk wood chip dengan growth mencapai 235%. Hal ini diperkirakan terkait dengan tren penggunaan biomassa untuk pembangkit listrik dan kebutuhan penghangat ruangan.
“Nilai kenaikan permintaan wood chip memang masih ribuan dolar, namin growth-nya luar biasa,” katanya.
Deputy Chief of Mission KBRI Brusel Sulaiman Syarif mengungkapkan kenaikan nilai ekspor ke UE adalah hikmah di balik pandemi Covid-19. “Banyak orang yang harus tinggal di rumah sehingga akhirnya memilih untuk memperbarui rumah dan furniturnya”.
Sulaiman melanjutkan, untuk terus meningkatkan pasar di UE, ada beberapa ketentuan yang diperkirakan perlu diantisipasi. Diantaranya adalah ketentuan anti deforestasi UE (Europe Union Deforestation Regulation/EUDR).
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq