Sosok Tiga Serangkai Tokoh Guru dan Harapan UU Usaha Bersama

fin.co.id - 26/11/2022, 17:22 WIB

Sosok Tiga Serangkai Tokoh Guru dan Harapan UU Usaha Bersama

Diding S. Anwar

JAKARTA, FIN.CO.ID - “Guru tetaplah Guru yang tidak dapat dibandingkan dengan profesi lainnya, karena telah melekat gelar sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, tekhnologi maupun seni dalam menuju masyarakat yang maju, adil dan makmur serta beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Jadi sangat penting peran Guru / Orang Tua / Pemimpin, tidak tergantikan dengan robot sekalipun baik dalam pembangunan nasional bangsa Indonesia dalam melahirkan generasi yang berkualitas untuk masa depan yang lebih baik dan yang benar.

BACA JUGA: Negara Ambil Alih AJB Bumiputera 1912

Pengabdian dan jasa para guru diperingati bersamaan dengan HUT Persatuan Guru Republin Indonesia (PGRI) yang terbentuk pada 25 November 1945 atau 100 (seratus) hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebelum PGRI, perkumpulan ini bernama Persatoean Goeroe Goeroe Hindia Belanda (PGHB) yang didirikan pada tahun 1912. Kemudian pada tahun 1932 PGHB diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pada Kongres pertama Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta, Jawa Tengah dengan hasil kongres salah satunya mengesahkan terbentuk PGRI.

Sebagai bentuk penghormatan pada para guru, Pemerintah RI menetapkan hari lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional.

BACA JUGA: Selamatkan UBER AJB Bumiputera 1912, dengan Utmosh Good Faith

AJBB 1912 lahir sebagai bentuk keprihatinan “Tiga Serangkai Tokoh Guru” atas nasib para guru pribumi.

Founding Fathers kelahiran Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah M. Ng. Dwidjosewojo, MKH Soebroto dan M Adimidjojo. AJBB 1912 lahir 4 (empat) tahun setelah Kebangkitan Nasional 1908. Perusahaan ini adalah alat perjuangan bangsa yang begitu gagah berani di tengah tengah perjuangan bangsa dalam menghadapi penjajah.

Dwijosewojo yang berprofesi sebagai guru dan sekretaris PGHB, juga ikut mendirikan Boedi Oetomo dan menjabat sebagai Sekretaris Pengurus Besar Boedi Oetomo. Beliau adalah tokoh guru yang disegani bangsa pribumi dan dihormati bangsa Hindia Belanda.

Didorong oleh keprihatian yang mendalam terhadap nasib para guru bumiputera, bersama Adimidjojo dan Soebroto, Dwidjosewojo menemukan fakta ternyata sistem proteksi asuransi sudah dijalankan dalam sistem gotong royong yang berlaku di masyarakat pribumi.

BACA JUGA: Seperti Kudeta, Preseden Buruk di AJB Bumiputera 1912 Sungguh Tidak Baik

Gagasan itu diungkapkan dalam Kongres Boedi Oetomo yang digelar pada 1910. Kemudian gagasan tersebut secara aklamasi diterima, namun tertunda atau belum bisa langsung terlaksana.

Tidak menyerah, Dwidjosewojo melontarkan lagi buah pikirannya pada Kongres PGHB pada 12 Februari 1912 di Magelang, kali ini gagasannya juga diterima secara aklamasi, tanpa penundaan. Jadi Pendiri AJBB 1912 sejak awal senantiasa taat dan tertib dalam mengambil Keputusan strategis, saat itu melalui mekanisme Kongres.

Admin
Penulis