Sementara, angklung merupakan tabung bambu yang digoyang sehingga menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya.
BACA JUGA: Memainkan Alat Musik Angklung Dikombinasikan Teknologi hingga Kehadirannya di Piala Dunia 2022 Qatar
Seiring perkembangan angklung, sejak November 2010, UNESCO telah menetapkan angklung sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia.
Salah satu tempat yang masih melestarikan kebudayaan angklung adalah Saung Udjo.
Di sanggar yang terletak di Kota Bandung ini, pengunjung tidak hanya dapat melihat berbagai jenis angklung, tapi juga belajar proses pembuatan angklung.
Di sisi lain berbeda dari negara lain, seperti Timur Tengah dan India, Indonesia memiliki istilah sendiri untuk menjelaskan kebudayaan mewarnai pakaian, yaitu batik.
BACA JUGA: 3 Calo Tiket Piala Dunia 2022 Ditangkap, Sanksi Dendanya Rp1 Miliar Per Tiket
Secara etimologi, kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, yaitu "ngembat" atau melempar berkali-kali dan "tik" atau membuat titik.
Jadi, secara harfiah dapat diartikan membuat titik (membuat gambar) pada sehelai kain.
Kain batik mulanya berkembang di lingkungan keraton. Pola dan ragam hiasnya kental pengaruh Hindu dan Islam.
Batik tulis dikenakan sebagai busana raja dan keluarganya, dengan motif seperti kawung, parang, sawat, cemungkiran, alas-alasan.
Motif ini sering disebut sebagai "pola larangan". Sementara batiknya lebih dikenal dengan batik keraton.
Seiring waktu, pembuatan batik menjalar keluar lingkungan keraton.
Kegiatan membatik di luar keraton dikelola para pengusaha atau saudagar batik di Kauman, Kratonan, dan Laweyan. Mereka memodifikasi gaya klasik dengan selera mereka dan pasar.