News . 10/11/2022, 20:10 WIB
Dokter akan menggali lebih lanjut apa keluhan utama pasien, serta memperhatikan status mental pasien yang dipantau dari sikap, suasana hati, dan perilaku pasien selama wawancara.
Pengamatan oleh dokter ini akan dilakukan serinci mungkin untuk menghindari adanya kesalahan diagnosis.
Jika pasien pernah mengalami gejala terkait, menceritakannya kepada dokter akan menambah akurasi perkiraan tentang kondisi pasien tersebut.
BACA JUGA: Akhirnya Sulastri Irwan Anak Petani Calon Polwan Dapat Kabar Baik dari Mabes Polri
Saat mewawancarai dan berinteraksi dengan pasien, dokter juga mengkaji kemampuan pasien dalam berpikir, mengemukakan alasan, dan mengingat (fungsi kognitif pasien) melalui beberapa pertanyaan.
Pertanyaan yang diajukan kemungkinan juga berkaitan dengan perasaan pasien tentang kehidupan pribadinya dan apakah dia berniat untuk melakukan bunuh diri.
Riwayat penyakit sebelumnya, riwayat obat-obatan, atau riwayat penyalahgunaan zat juga akan ditanyakan dokter.
2. Pemeriksaan fisik
BACA JUGA: Bjorka Klaim Bocorkan 44 Juta Data MyPertamina, Ainun Najib: Lho Masih Aktif?
Untuk memberikan diagnosis mengenai kondisi kesehatan mental seseorang, pemeriksaan fisik oleh dokter juga perlu dilakukan untuk menentukan kondisi umum pasien dan menentukan kemungkinan diagnosis.
3. Tes penunjang
Agar penilaian yang dilakukan dokter makin akurat, terkadang diperlukan tes tambahan seperti tes laboratorium. Tes ini biasanya membutuhkan sampel darah atau urine pasien.
Jika terdapat kecurigaan adanya gangguan pada sistem saraf, maka dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani tes MRI, EEG, atau CT scan.
Tes lainnya yang mungkin diperlukan untuk mendeteksi masalah pada tubuh adalah:
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com