Kebaya telah menjadi ikon mode Asia Tenggara, dengan banyak maskapai penerbangan berbendera Asia Tenggara termasuk Singapore Airlines, Malaysia Airlines, Royal Brunei Airlines, dan Garuda Indonesia telah mengadopsi pakaian tradisional ini sebagai seragam untuk pramugari perempuan maskapai tersebut.
BACA JUGA: Negara Hadir, 1.460 Keluarga di Sulsel Mendapat Sambungan Listrik PLN 24 Jam
Ada kemungkinan besar bahwa asal-usul kebaya berasal dari Timur Tengah dikarenakan komposisi akar budayanya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya keterkaitan kebaya dengan qaba dari Arab yang merupakan sejenis jubah panjang kendur yang dikemukakan oleh orientalis Henry Yule dan Arthur Burnell pada tahun 1886.
Deskripsi rinci dari cabaya dapat dilihat pasa kamus abad ke-19 Hobson-Jobson.
Selain itu, dalam kamus Anglo-India, cabaya merupakan sebuah kata dengan asal-usul dari Asia dan bermakna sebuah helai penutup dari tunik panjang yang dikenakan oleh orang India kelas atas.
BACA JUGA: Google Play Games untuk PC, Main Game Android dari PC
Istilah ini kemungkinan diperkenalkan oleh bangsa Portugis yang pernah singgah di sub-benua India.
Terdapat juga banyak catatan sejarah yang dipublikasikan oleh orang Portugis pada abad ke-16 dan ke-17 yang mencatat bahwa caba, cabaya, dan cabaia sebagai jubah panjang Muslim yang dikenakan oleh kelas penguasa India serta Timur Tengah.
Penggunaan pertama dari bahasa ini digunakan oleh Fernão Mendes Pinto saat dia singgah di India pada tahun 1540-an.
Beberapa sumber lain menyatakan bahwa bentuk paling awal kebaya berasal dari istana Kerajaan Majapahit yang dikenakan para permaisuri atau selir raja.
BACA JUGA: Jelang Perayaan HUT, BRI Gelar Kompetisi Foto BRIGHT ON Berhadiah Total Rp127 Juta
Hal ini sebagai sarana untuk memadukan pakaian kemben perempuan yang sudah ada, yaitu kain pembebat dan penutup dada perempuan bangsawan menjadi lebih sopan dan dapat diterima.
Sebelum adanya pengaruh Islam, masyarakat Jawa pada abad ke-9 telah mengenal beberapa istilah untuk mendeskripsikan jenis pakaian, seperti kulambi (bahasa Jawa: klambi, baju), sarwul (bahasa Jawa: sruwal, celana), dan ken (kain atau kain panjang yang dililit di pinggang).
Lalu sekitar tahun 1500-1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang dikenakan keluarga kerajaan Jawa saja.